INILAH langkah perbaikan diri dan masyarakat dengan metode Tadarruj (bertahap) dalam berislah (perbaikan). Seperti yang dilakukan oleh Aisyah dan Umar bin Abdul Aziz.
Saat jiwa telah terbiasa dengan penyimpangan dalam waktu lama. Hatinya keras dengan keseharisan yang penuh maksiat. Apakah langsung melakukan perubahan secara tiba-tiba dan cepat? Aisyah dan Umar bin Abdul Aziz membimbing kita.
Aisyah berkata. “Yang pertama kali turun dari Al-Qur’an adalah surat-surat yang merinci keterangan tentang surga dan neraka. Hingga ketika orang-orang telah gandrung pada Islam, maka turunlah halal dan haram.”
“Seandainya ayat yang pertama turun: Janganlah kalian minum khamer, niscaya mereka berkata: Kami tidak mau meninggalkan khamer selama-lamanya.”
“Seandainya turun: Janganlah berzina, niscaya mereka berkata: Kami tidak mau meninggalkan zina selama-lamanya.”
Khalifah Umar bin Abdul Aziz pun, yang juga ahli fiqh, teguh pada prinsip ini, setelah khalifah sebelumnya mengelola kekuasaan dengan campuran kezaliman.
Anaknya Umar bin Khatab, Abdul Malik, berkata, “Ayah, apa yang menghalangimu untuk segera menegakkan keadilan yang kau inginkan? Demi Allah, aku tidak peduli seandainya kuali-kuali mendidih karena aku dan dirimu.:
“Anakku, sesungguhnya aku melihat orang seperti melatih unta jalang. Sesungguhnya aku ingin menghidupkan kekhalifahan dengan keadilan, hingga aku menunda itu, sampai aku mengeluarkan ambisi dunia, lalu mereka lari dari ketamakan duniawi dan menerima keadilan dengan tenang,” ujar Umar bin Abdul Aziz.
“Wahai Ayah, apa yang kau katakan kepada Rabb-mu besok, ketika Dia bertanya kepadamu, “Kamu melihat bid’ah namun tidak mematikannya, atau Sunnah namun tidak menghidupkannya?” tanya sang anak.
BACA JUGA: Anjuran Berdoa setelah Shalat Wajib dan Sanggahan bagi yang Membidahkannya (1)
“Anakku, sesungguhnya kaummu telah mengikat masalah ini dengan tali demi tali, simpul demi simpul. Ketika aku ingin memaksa mereka untuk melepaskan apa yang ada di tangan mereka, maka bisa saja mereka menentangku sehingga banyak darah yang tumpah.”
“Demi Allah, hilangnya dunia itu lebih ringan bagiku daripada menetesnya darah lantaran aku. Tidakkah kau senang sekiranya setiap hari di antara hari-hari dunia ini ayahmu mematikan bid’ah dan menghidupkan Sunnah?” ujar Umar bin Abdul Aziz. []
Sumber: Muhammad Ahmad Rasyid, Khitah Dakwah, Rabbani Press