SEBELUM kita menjelaskan tentang bagaimana prinsip taat kepada pemimpin, kita awali dulu penjelasan siapa mereka Amirul Mukminin?
Barangsiapa memegang kekuasaan, dan kondisi sosial menjadi stabil pada saat kekuasaannya, maka dia dinamakan Amirul Mukminin, baik berkuasanya itu dengan cara syar’i atau tidak. Yang dimaksud dengan syar’i adalah pemimpin yang ditunjuk langsung oleh imam sebelumnya.
BACA JUGA: Kedudukan Perempuan pada Masa Sebelum Datangnya Islam
Seperti yang terjadi pada kekhalifahan ‘Umar bin Al-Khattab, atau dia terpilih melalui musyawarah ahlu halli wa al ‘aqdi, seperti ‘Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Adapun jalan yang tidak syar’i adalah dengan menggunakan kekuatan dan senjata sehingga kondisi sosial stabil ditangannya, maka dia juga dinamakan Amirul Mukminin yang wajib kita taati.
Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata, ‘’Barangsiapa yang menang atas peperangan dengan menggunakan pedang sehingga ia menjadi seorang khalifah (pemimpin) yang dinamakan Amirul Mukminin, maka haram bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk melewati malamnya dengan tidak menganggapnya sebagai seorang pemimpin, baik dia orang yang shaih maupun jahat.’’ (Al-Ahkam As-Sulthaniyah karya Abu Ya’la)
Berikut enam prinsip taat kepada pemimpin menurut Ahlu Sunnah Wal Jama’ah:
1 Prinsip Taat Kepada Pemimpin: Meyakini Wajibnya Bai’at Terhadap Penguasa
Ketahuilah bahwa orang yang menjadi khalifah secara sukarela, dimana manusia sepakat dan ridha kepadanya, atau karena khalifah tersebut dapat menundukkan mereka dengan kekuatan sehingga ia menjadi khalifah, maka mereka wajib taat kepada pemimpin dan haram keluar dari ketaatan kepadanya.
Bai’at hanyalah kepada khalifah atau Amirul Mukminin, tidak kepada yang lainnya, dan tidak berarti setiap kaum muslimin harus mendatangi Amirul Mukminin atau wakilnya untuk berjabat tangan, tapi cukup untuk meniatkan dan meyakini kewajibannya,.
BACA JUGA: 7 Tokoh Muslim yang Dikenal sebagai Penjelajah Dunia
Sebab tidak pernah diceritakan bahwa ketika Abu Bakar, Umar, Utsman, atau Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah, kaum muslimin berbondong-bondong mendatangi mereka untuk berjabat tangan, tapi yang membai’at mereka secara langsung hanyalah ahlul halli wal ‘aqdi (Orang yang dapat memutuskan dan mengikat).
2 Prinsip Taat Kepada Pemimpin: Menaati Mereka dalam Perkara yang Ma’ruf
Termasuk dari prinsip Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, mereka berpendapat bahwa wajib taat kepada pemimpin kaum muslimin selama mereka tidak menyuruh kepada kemaksiatan. Allah SWT berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَ طِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُ ولِى الْاَ مْرِ مِنْكُمْ ۚ فَاِ نْ تَنَا زَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَا لرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَـوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 59)
3 Prinsip Taat Kepada Pemimpin: Memberi Nasihat Kepada Mereka dengan Cara yang Baik
Menasihati penguasa hendaklah dengan menggunakan adab dan retorika tersendiri, jangan sampai disamakan dengan menasihati rakyat biasa. Hendaklah lemah lembut, secara diam (tidak terang-terangan), tidak menyebut-nyebut keburukan dan kesalahan mereka di khalayak ramai dan di atas mimbar.
Sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi ﷺ :
‘’Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa dengan suatu perkara, maka janganlah dia menampakkannya secara terbuka, tapi hendaklah dia menggenggam tangannya dan mengajaknya berduaan dengannya, jika ia menerima darinya, maka itulah yang diharapkan, dan jika tidak, maka ia telah menunaikan kewajibannya terhadapnya.’’ (HR. Ahmad dan Ibnu Ashim)
4 Prinsip Taat Kepada Pemimpin: Tidak Mengadakan Kudeta (Pemberontakan)
Ahlu Sunnah Wal Jama’ah mengharamkan keluar dan memberontak kepada pemimpin mereka jika pemimpin berbuat dosa selain kekufuran, hendaklah sabar jika hal tersebut terjadi, karena Nabi ﷺ memerintahkan agar taat kepada mereka dalam segala hal selain maksiat, dan tidak boleh memeranginya selama tidak melakukan kekufuran yang nyata, mereka tidak boleh diperangi sehingga nampak kekufuran yang nyata dan kejelasan yang dapat dibuktikan.
5 Prinsip Taat Kepada Pemimpin: Mendoakan Mereka dengan Kebaikan
Mendoakan para pemimpin dengan kebaikan, hidayah dan istiqamah adalah termasuk cara yang ditempuh salafus shalih.
Al-Imam Al-Barbahari berkata: ‘’Jika anda melihat orang yang mendoakan keburukan kepada pemimpin, ketahuiah bahwa ia termasuk pengikut hawa nafsu, namun bila anda melihat orang yang mendoakan kebaikan kepada seorang pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk ahlu sunnah.’’
6 Prinsip Taat Kepada Pemimpin: Tidak Mudah dalam Mengakfirkan Mereka
Takfir adalah merupakan hak Allah, maka tidak boleh dilontarkan kecuali kepada orang yang berhak dikafirkan. Karena mengkafirkan seseorang dengan sembrono tanpa hujjah, maka kekufuran itu akan kembali kepada yang menuduh. Nabi bersabda:
‘’Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya, ‘Wahai kafir’, maka (tuduhan tersebut) akan kembali kepada salah satu dari keduanya.’’(Muttafaq Alaih). []
Referensi: Kumpulan Khutbah/Drs. Hartono A. Jaiz/Darul Haq 2008