SAHABAT Islampos, nama Gus Baha pastinya tidak asing di telinga kaum muslimin tanah air. Baru-baru ini, nama Gus Baha juga masuk dalam daftar 20 dai NU paling populer di jagat media sosial yang dirilis Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU). Lantas, bagaimana dengan profil Gus Baha?
Sebagaimana dikutip dari Nu Online, rilis D20 dari LD PBNU tersebut disampaikan Ketua LD PBNU KH Abdullah Syamsul Arifin bersama Kepala Balai Litbang Agama Jakarta, Samidi di sela-sela Rakenas LDNU di asrama Haji, Pondok Gede Jakarta Timur pada Rabu (26/10/2022). Disebutkan bahwa Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjadi sosok dai yang paling populer di media sosial berdasarkan survei yang dilakukan LD PBNU bekerja sama dengan Kementerian Agama.
Di urutan kedua ditempati oleh Prof Quraish Shihab. Sedangkan urutan ketiga ditempati KH Musthofa Bisri (Gus Mus).
BACA JUGA: Gus Baha dan WA
Di antara nama-nama kiai dan dai NU yang masuk jajaran 10 besar yakni KH Anwar Zahid, KH Ahmad Muwaffiq, KH Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah), dan beberapa dai Ahlussunnah wal Jamaah lainnya.
“Dai-dai NU ternyata memang ada di dunia medsos. Selama ini kita menganggap bahwa dai-dai Nahdlatul Ulama itu di-rate bawah,” kata KH Soleh Sofyan, Pengurus LD PBNU.
“Tapi ternyata setelah kita mengadakan penelitian dan survei dengan Litbang Agama dan teman-teman dari (Universitas) Brawijaya, dan dari Lembaga Dakwah PBNU, ternyata survei membuktikan bahwa dai-dai dari Nahdlatul Ulama ada di top (puncak),” imbuhnya terkait survei yang juga didukung oleh Universitas Wahid Hasyim Semarang ini.
Hasil Survei ini merupakan rangkaian dari kegiatan Rakernas LDPBNU yang digelar selama tiga hari sejak tanggal 25 Oktober 2022. Rakernas ini juga menghasilkan rekomendasi internal (kepada PBNU) maupun eksternal (kepada pemerintah) terkait dengan dunia dakwah di Indonesia.
Profil Gus Baha
Nah, berikut profil Gus Baha yang menjadi pendakwah paling populer di media sosial berdasarkan hasil survey LD PBNU tersebut:
Gus Baha atau KH. Ahmad Bahauddin Nursalim adalah putra Kiai Nur Salim, pengasuh pesantren Alquran di Kragan, Narukan, Rembang. Dari silsilah keluarga ayah, Gus Baha’ merupakan generasi ke-4 ulama-ulama ahli Al-Qur’an. Sedangkan dari silsilah keluarga ibu, Gus Baha menjadi bagian dari keluarga besar ulama Lasem, dari Bani Mbah Abdurrahman Basyeiban atau Mbah Sambu.
Gus Baha lahir pada 29 September 1970. Dia tumbuh dalam lingkungan pesantren dan mengenyam pendidikan agama hingga dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar al-Qur’an. Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, Kiai Maimun Zubair.
Gus Baha’ kecil dididik belajar dan menghafalkan al-Qur’an secara langsung oleh ayahnya dengan menggunakan metode tajwid dan makhorijul huruf secara disiplin. Hal ini sesuai dengan karakteristik yang diajarkan oleh guru ayahnya, yaitu KH. Arwani Kudus. Kedisiplinan tersebut membuat Gus Baha’ di usianya yang masih muda, mampu menghafalkan Al-Qur’an 30 Juz beserta Qira’ahnya. Menginjak usia remaja, ayahnya menitipkan Gus Baha’ untuk mondok dan berkhidmah kepada Syaikhina KH. Maimoen Zubair di Pondok Pesantren Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang.
Di Pondok Pesantren al-Anwar inilah keilmuan Gus Baha’ mulai menonjol seperti ilmu hadis, fikih, dan tafsir. Dalam ilmu hadis, Gus Baha’ mampu mengkhatamkan hafalan Sahih Muslim lengkap dengan matan, rowi dan sanadnya. Selain Sahih Muslim beliau juga mengkhatamkan dan hafal isi kitab Fathul Mu’in dan kitab-kitab gramatika bahasa arab seperti ‘Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik.
BACA JUGA: Gus Baha Dinobatkan sebagai Dai of the Year oleh ADDAI
Sebagai seorang santri tulen, yang berlatar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar, kealiman dan penguasaan keilmuan beliau sangat diakui oleh para ahli tafsir nasional. Gus Baha’ mendapatkan keistimewaan diangkat menjadi Ketua Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Gus Baha juga pernah ditawari gelar Doctor Honoris Causa dari UII, namun beliau tidak berkenan.
Dakwah Gus Baha disukai banyak orang karena mudah dipahami, dibawakan secara santun, dan bisa diterima berbagai lapisan masyarakat. Sosok Gus Baha sendiri dikagumi banyak kalangan karena kesedrhanaannya.
Kesedrhanaan Gus Baha merupakan teladan. Kesederhanaan yang dipraktikan Gus Baha tersebut merupakan karakter keluarga Qur’an yang dipegang erat oleh leluhurnya. Sebab, ada salah satu wasiat dari ayahnya yang mengatakan agar Gus Baha’ menghindari keinginan untuk menjadi manusia mulia. Hal inilah yang hingga kini mewarnai kepribadian dan kehidupan Gus Baha dalam kesehariannya. []