SALAH satu bukti keagungan Allah SWT bisa kita temukan dari proses berubahnya makanan yang kita konsumsi menjadi setetes darah dalam tubuh. Tiasa yang bisa menandingi “kecanggihan” berubahnya makanan menjadi setetes darah meski saat ini zaman sudah serba modern.
Bayangkan sepotong makanan, dari daging dan roti, atau selainnya yang ditelan oleh manusia. Kemudian kita ikuti tahap-tahap yang ditempuh oleh makanan tersebut sampai berubah menjadi setetes darah.
BACA JUGA:Â Hisab Allah itu Cepat
Proses Makanan Jadi Setetes Darah
Pertama, dibelah oleh gigi seri yang disebut pembelah, kemudian dikoyak oleh gigi taring, dan dikunyah oleh gigi geraham. Pada saat itu makanan bercampur dengan air liur yang dikeluarkan oleh kelenjar yang ada dalam mulut sampai menjadi gumpalan yang menyerupai adonan, dan dikirim oleh lidah, setelah itu ke kerongkongan.
Kerongkongan dan batang tenggorokan saling berhubungan yang dipisah oleh sepotong daging yang menyerupai tempat tuangan di dalam hulu kerongkongan. Maka, semua sistem pencernaan dan sistem pernafasan mengambil jalan dari sini.
Kemudian, sampai ke perut, dan di sana bercampur dengan berbagai campuran seperti pankreas dan hati. Lalu, mulailah pencernaan bekerja sampai makanan mengalir seperti susu dan disebut cyhme (cairan perut yang menghancurkan makanan). Kemudian, makanan yang telah cair itu memancar ke bagian-bagian perut yang halus, dan di sini kerja pencairan selesai.
BACA JUGA:Â Apa yang Tak Boleh Kita Pikirkan tentang Allah SWT?
Proses Makanan Jadi Setetes Darah
Pembuluh-pembuluh rambut yang halus bekerja untuk membersihkan darah dan membuang kotoran-kotoran, baik ke jalan belakang maupun ke jalan depan, atau ke perut besar yang besar.
Sedangkan darah mengambil jalan menuju hati melewati pembuluh-pembuluh. Dan di di sini ada semacam pompa yang luar biasa, tidak berupa wujud dan tidak mempunyai berat, tetapi berupa kekuatan dan terus memancar, melewati nadi-nadi yang terus berdenyut dan tidak terlihat sebagiannya, kecuali dengan mikroskop, yang di pancarkan ke seluruh penjuru badan memberinya kekuatan dan kesehatan.
Semua itu dikembalikan ke paru-paru dalam upaya pembersihan dan penyucian. Maka, Maha Suci Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Suci Allah Yang Maha Pembuat. []
Referensi: Mengenal Allah Dialog Tauhid kepada Anak/Karya: Muhammad Ali Qutb/Penerbit: Gema Insani Press