KEWAJIBAN puasa Ramadhan berlaku bagi semua muslim di seluruh dunia. Puasa ini dikerjakan sejak terbit fajar hingga maghrib, saat matahari terbenam.
Oleh karena itu, tidak semua negara punya durasi puasa yang sama dalam satu harinya. Deberapa negara, ada daerah memiliki hari-hari yang sangat panjang selama musim panas, ketika Ramadan tahun ini tiba.
Sedangkan di beberapa daerah di negara lainnya, durasi puasa justru singkat sekali.
BACA JUGA: Ini 5 Negara dengan Durasi Puasa Terlama di Dunia
Beberapa negara dengan waktu puasa Ramadan tercepat antara lain Antartika yakni 8 jam 18 menit, Chile yakni 9 jam, Argentina yakni 9 jam 40 menit, Afrika Selatan yakni 10 jam 30 menit, dan Brasil yakni 11 jam.
Sementara itu kawasan Skandinavia, Kanada, Rusia, dan Alaska, yakni negara yang berada di atas Lingkaran Arktik, waktu puasanya pun berbeda. Sebab, di negara-negara tersebut matahari –secara harfiah– tidak terbenam selama berminggu-minggu pada suatu waktu.
Lantaran Ramadan terikat dengan kalender lunar dan bergerak setiap tahun, tempat-tempat tersebut akan mempunyai masalah yang berlawanan selama Ramadan musim dingin, di mana matahari tidak akan terbit selama lebih dari sebulan.
Nah, jika puasa dimulai sejak terbit fajar, apa yang harus dilakukan Muslim di Longyearbyen, Norwegia, dan Alaska ketika tidak ada matahari terbit atau terbenam untuk memandu puasa mereka?
Tanpa otoritas pusat atau kepemimpinan untuk memberikan bimbingan, berbagai cendekiawan Muslim dan organisasi Islam di dunia harus menemukan cara mereka sendiri untuk mengatasi masalah tersebut.
Solusinya, abaikan posisi lokal matahari, ikuti waktu matahari terbit dan terbenam yang lebih masuk akal dari tempat lain. Ini yang dilakukan oleh Islamic Centre of Northern Norway.
Organisasi Islam tersebut mengeluarkan fatwa yang memberi pilihan kepada Muslim lokal untuk mengikuti puasa di Makkah, ketika puasa di negara Skandinavia ini melebihi 20 jam.
BACA JUGA: Yummy, Ini Menu Khas Buka Puasa di Berbagai Negara
The Assembly of Muslim Jurists of America juga membuat keputusan serupa yang mengatakan bahwa umat Islam yang tinggal di titik paling utara Alaska, bisa menggunakan waktu matahari terbit dan terbenam di bagian lain dari negara itu, di mana “siang dapat dibedakan dari malam.”
The Council of Senior Scholars di Arab Saudi pun memutuskan bahwa umat Islam “di negeri di mana matahari tidak terbenam selama musim panas dan tidak terbit selama musim dingin”, harus menetapkan waktu puasa berdasarkan “fajar dan matahari terbenam setiap hari di negara terdekat, di mana malam dapat dibedakan dari siang hari.” []