PUASA ternyata mampu membuat hati manusia lebih damai. Meski tanpa asupan makanan, setiap sel dalam tubuh memiliki tingkat metabolisme yang mampu menyesuaikan diri dengan aktivitas yang dijalankan sang pemilik tubuh.
Meski yang paling berpengaruh adalah faktor pikiran dan keyakinan. Misalnya saat tengah menjalankan ibadah puasa kita banyak mengeluh dan berkeluh kesah, maka puasa yang kita jalani tersebut akan terasa lebih menyiksa; tubuh menjadi lemas dan lesu, tingkat rasa haus dan lapar pun akan terasa lebih berat.
BACA JUGA:Â Puasa Wajib Hukumnya bagi Orang Tua yang Masih Mampu Berpuasa
Dalam kondisi takut, cemas, dan tertekan semacam itu, tubuh akan mengaktifkan hormon insulin yang berfungsi mengatur kadar glukosa. Hormon ini diproduksi makin sedikit sehingga kita semakin merasa lemas. Walau kadar gula dalam darah kita tinggi, namun apabila insulin tidak diproduksi, gula tersebut tidak dapat diolah dan dikirim ke dalam sel.
Terkait hal ini, kita mengenal kondisi ‘basal metabolic rate’ atau dasar metabolisme tubuh yang optimal. Optimalisasi metabolisme tubuh akan terjadi saat insulin berada pada kondisi ideal, yaitu ketika kita tenang dan tidak stres.
Ketika otak tidak didominasi hormon cinta dan kedamaian, khususnya dasar sel-sel tubuh, maka akan memecah cadangan gula. Misalnya cadangan glikogen dalam otot, hati, dan lemak untuk menghasilkan energi.
Jika mekanisme ini berjalan efektif tanpa makan seminggu pun, seseorang masih bisa bertahan dengan kondisi normal asalkan tidak dehidrasi. Dalam kondisi ekstrem, seseorang bisa bertahan sampai berbulan-bulan lamanya.
Dalam perspektif psikologi, kita menemukan teori Reticular Activating System (RAS). Teori ini menyebutkan bahwa sistem penghubung saraf hanya akan bekerja efektif jika kita dalam keadaan tenang, tepatnya saat gelombang otak berada dalam kondisi alpha dan theta.
Alfa adalah jenis kondisi pikiran yang rileks dan santai. Adapun theta adalah gelombang otak pada kisaran frekuensi 4-8 Hz, yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar (subconscioud mind). Theta muncul saat kita bermimpi dan saat terjadi REM (Rapid Eye Movement). Artinya, ketika berada dalam kondisi alfa, aktivitas sistem limbik kita akan mampu mengontrol rasa takut, cemas, resah, dan gellisah. Akibatnya, setiap sel dalam tubuh pun akan tenang dan bahagia sehingga dengan energi minimalpun sel bisa menjalanakan aktivitasnya dengan optimal.
BACA JUGA:Â Kenapa Pasien Harus Puasa dulu Sebelum Dioperasi? Ini Alasannya
Kuncinya dalam masalah ini adalah pada keyakinan. Mantapnya keyakinan akan meningkatkan hormon endrofin, pre opipid melanokortin (POMC), enkefalin, penilethilamin (PEA), oksitosin, dan vasopressin. Ketika hormon-hormon tersebut bekerja secara proporsioanal, sel-sel tubuh akan mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk bertahan hidup. Sebagian atau sel tubuh kita akan beristirahat untuk bermetabolisme namun tidak sampai mati.
Karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan kita melakukan shaum sunah daud, Senin Kamis, juga shaum Ramadhan sebulan penuh. Selain menghadirkan ketenangan, ibadah-ibadah tersebut dapat melatih diri kita untuk tidak selalu menuruti tuntutan tubuh. Wallahualam. []