SENEGAL– Menurut laporan lembaga Human Rights Watch (HRW), banyak pesantren di Senegal justru memaksa sekitar puluhan ribu santri mereka supaya mengemis. Jika menolak, maka mereka bakal disiksa atau dilecehkan secara seksual.
para santri mengaku sengaja datang jauh-jauh dari kampung mereka di pelosok buat masuk pesantren di Ibu Kota Dakar. Sayang, setelah tiba di sana mereka harus menghadapi kenyataan diperlakukan dengan sangat buruk.Dilansir dari laman The Guardian, Rabu (12/7),
Dari penuturan sejumlah santri,  merekadipaksa  meminta-minta. Jika pulang dengan tangan hampa, maka sudah pasti bakal dihukum.
Menurut HRW, tujuh tahun lalu mereka pernah menggelar penelitian tentang para santri yang dipaksa mengemis. Hasilnya, mereka menemukan ada kurang lebih 50 ribu santri mengemis. Bahkan tiga tahun lalu, menurut survei dari pemerintah Senegal, kemungkinan jumlah itu lebih besar.
Dari sejumlah bocah diwawancara, terkuak kekejaman di balik tembok pesantren di Senegal. Mereka mengaku dipukuli jika ketahuan tidak belajar, atau ketika hasil mengemisnya meleset dari target. Contohnya pada Maret lalu, seorang santri di Diourbel meregang nyawa setelah digebuki di dalam pesantren entah karena menolak mengemis atau hasilnya meleset.
Bahkan, ada juga santri yang dihukum pasung dengan dirantai. Malah pada Desember tahun lalu, seorang santri tewas terpanggang dalam kebakaran pesantren, lantaran dia diikat dan dirantai
Bagi para santri, masalah itu bak lingkaran setan. Pesantren di Senegal justru menjadi tempat tidak aman, meski negara itu sudah didesak supaya mencari jalan keluarnya. Para santri dianiaya, dilecehkan secara lisan dan seksual, serta ditelantarkan.
“Bagian menyedihkannya adalah anak-anak itu berada dalam situasi sangat rawan. Mereka dipukuli, dilecehkan secara seksual, atau dirantai di dalam pesantren karena tidak membawa uang atau makanan dari mengemis,” kata peneliti HRW wilayah Afrika Barat, Jim Wormington.
Juni tahun lalu, Presiden Senegal, Macky Sall, meluncurkan program buat mengakhiri masalah pengemis anak-anak. Polisi dan pekerja sosial merazia para santri dan membawa mereka ke rumah singgah dan diurus secara layak, kemudian dipertemukan dengan orang tua masing-masing.
Sejak saat itu hingga Maret 2017, sekitar 1.547 bocah pengemis berhasil diselamatkan, di mana sekitar 1.089 di antaranya adalah santri. Sayangnya, karena keterbatasan tempat dan tenaga, para santri justru dikembalikan ke pesantren. Tak lama kemudian, mereka kembali lagi ke jalanan buat mengemis.
“Masalah ini sudah ada dalam masyarakat Senegal bertahun-tahun. Seharusnya yang menjadi fokus pemerintah adalah mengusut para ustaz di pesantren yang menyebabkan hal itu terus terjadi,” pungkasnya.[]