AYAHNYA lebih baik dari seluruh manusia setelah para nabi dan rasul. Ia adalah orang pertama dari sepuluh sahabat yang dijamin Surga, Abu Bakar As-Shiddiq. Asma’ binti Abu Bakar, salah satu putri dari Abu Bakar As-Shiddiq yang mewarisi kepribadian ayahnya.
Asma’ binti Abu Bakar lahir di Mekah 27 tahun sebelum kenabian. Ia tumbuh dewasa mewarisi akhlak mulia ayahnya. Asma’ adalah teladan luhur dalam ibadah dan juga ketaatan.
Asma’ wanita ahli puasa, shalat malam, dan takut kepada Allah.
BACA JUGA: Kontribusi Abu Bakar kepada Dakwah Nabi
Sang suami, Zubair bin Awwam menuturkan,
“Aku masuk menemui Asma’. Rupanya ia sedang shalat dan membaca ayat ini; ‘Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.’ (QS. Ath-Thur Ayat 27). Ia kemudian memohon perlindungan. Aku menunggu kala ia memohon perlindungan. Namun karena terlalu lama, aku akhirnya pergi ke pasar. Setelah itu, aku pulang sementara ia masih menangis memohon perlindungan’.”
Dibawah naungan khulafaur rasyidin, Asma’ meraih kedudukan yang pantas ia dapatkan. Sebab, semua khalifah mengenal keutamaan dan senioritasnya. Umar bin Khattab pernah memberi jatah para wanita muhajirah generasi pertama sebesar 1.000.000 dirham, di antaranya Asma’ binti Abu Bakar, Asma’ binti Umais, Ummu Abdullah bin Mas’ud.
BACA JUGA: Gubuk Rahasia Abu Bakar
Setelah tumbuh dan menjalani hari-hari yang indah di Madinah, kesedihan-kesedihan akhirnya datang silih berganti menerpa Asma’. Diawali dengan wafatnya Rasulullah yang membuat hatinya nyaris terkoyak, ayahnya (Abu Bakar) yang menjabat khalifah sepeninggal Rasulullah. Hingga tibalah hari di mana Abu Bakar pun tidur di atas ranjang kematian menyusul Rasulullah.
Kesedihan berlanjut atas wafat ayahnya. Berikutnya adalah dengan pembunuhan terhadap Umar, disusul Utsman, setelah itu pembunuhan terhadap sang suami, Zubair bin Awwam.
Asma’ menghadapi semua ujian berat ini dengan sabar dan tabah. []
Sumber: Ummul Qura, Biografi 35 Shahabiyah Nabi, Karya Syaikh Mahmud Al-Mishri., hal 452, 453.