JAKARTA–Audriayana Claresta Putri, bocah berusia 2 harus meregang nyawa akibat dianiaya pria yang diduga mengalami gangguan jiwa, Darmawan (45). Ayah Audri, Zuchamudin (27) menceritakan kronologi penganiayaan yang mengakibatkan putri pertamanya meninggal itu.
Zuchamudin menceritakan, saat kejadian, Audri sedang bermain bersama sang ibu, Julia, di ruang tamu rumahnya. Darmawan datang ke rumahnya dengan cara mendobrak gerbang yang sudah dikunci. Saat itu Audri sedang sendirian karena istri Zuchamudin pergi ke kamar mandi.
“Pas itu istri saya lagi ke dalam, ke kamar mandi, anak masih di sini, main di ruang tamu ini. Nggak lama, pas istri saya balik ke ruang tamu sudah nggak ada anak saya, sudah ditarik sama tersangka. Melihat di ruang tamu nggak ada anak saya, langsung keluar,” kata Zuchamudin di rumahnya, Jalan Buah, Gang Nasri, RT 04/04, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Sabtu (5/1/2019).
BACA JUGA:Â Larang Anak Anda dengan Penjelasan Ilmiah
Julia melihat Darmawan tengah menganiaya Audri di jalan di samping rumahnya. Spontan Jullia berteriak kaget melihat hal tersebut.
Julia juga sempat berusaha mengambil Audri dari Darmawan. Namun Darmawan memegang sebilah golok di tangannya. Kemudian dia pergi meminta tolong kepada warga.
“Pas sudah balik lagi ke sini, ternyata anak saya sudah di situ (menunjuk arah pagar samping kiri rumah). Sudah dilempar,” kata Zuchamudin.
Julia bersama warga kemudian membawa Audri ke sebuah klinik yang tak jauh dari rumah. Namun karena klinik tak mampu menangani, Audri dibawa ke Rumah Sakit Tugu Ibu di daerah Cimanggis.
“Langsung koma itu di sana. Bangun bangun jam 09.00 WIB kalau nggak salah, sudah mulai gerak sedikit, kayak orang sakit, senyum, selepas itu koma lagi sampai (meninggal),” ucap dia.
Usai menganiaya fisik, pelaku melempar Audri ke samping rumah melewati pagarUsai menganiaya fisik, pelaku melempar Audri ke samping rumah melewati pagar.
Sementara itu, setelah terjadi kasus penganiayaan, Darmawan pergi ke rumahnya. Di dalam rumahnya Darmawan sempat berteriak-teriak.
Zuchamudin sudah tinggal di daerah tersebut selama empat tahun. Dia mengatakan Darmawan sudah mengalami depresi atau stres sejak lama. Dia mengatakan Darmawan kerap kumat saat sore atau malam.
“Dia langsung ke rumah, tapi masih teriak-teriak lah. Karena ya itu, di saat dia lagi depresi, ya begitu. Sama saya biasa ‘mas’, nyapa. Seperti biasa. Beli rokok ya dapat rokok, beli beras ya dapat beras. Tapi biasanya dia itu kalau kumat sore, kalau nggak malam,” tuturnya.
Zuchamudin mengatakan pihak keluarga Darmawan sudah menyatakan permohonan maaf atas peristiwa penganiayaan tersebut. Namun, Zuchamudin mengatakan proses hukum harus berjalan demi mencegah terjadinya peristiwa serupa.
Dia ingin Darmawan mendapatkan hukuman yang setimpal. Menurutnya Darmawan bukan orang gila.
“Kemarin dari pihak istri saya sempat ke sana, ke RS Polri, pelaku kan diobservasi ke sana, pas ngelihat istri saya tuh takut dia mas. Sadar berarti kan. Bukannya linglung, takut dia. Macam pura-pura nggak lihat, itu yang bikin saya sakit hati. Makanya pas lihat pemberitaan, dia itu orang gila, saya kaget. Itu bukan gila, tapi depresi,” ucap Zuchamudin.
BACA JUGA:Â Labeling pada Anak, Hati-hati!
Kasus ini terjadi pada Selasa (1/1) malam di Jalan Buah Gang Nasri RT 04 RW 04, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Peristiwa ini dilaporkan sehari kemudian ke Polsek Pasar Rebo.
Polisi sudah melakukan olah TKP. Saat ini pelaku sudah dibawa ke RS Polri untuk dilakukan pemeriksaan kejiwaan. Sedangkan jasad korban sudah dikebumikan.
“Pelaku diduga mengalami gangguan jiwa. Sudah dilaporkan resmi ke polsek, pelaku sekarang di Rutansus RS Kramat Jati, berdasarkan permintaan kita untuk dilakukan pemeriksaan kejiwaan,” ujar kata Kapolsek Pasar Rebo Kompol Tuti Aini kepada wartawan, Sabtu (5/1).[]
SUMBER: DETIK