KISAH pembunuhan pertama kali dalam peradaban manusia dimulai ketika Qabil membunuh Habil. Mereka adalah anak-anak dari pasangan Nabi Adam AS dan Siti Hawa ketika sudah diturunkan ke muka bumi setelah diusir dari surga karena makan buah khuldi.
Allah SWT kemudian menganugerahi anak keturunan kepada mereka. Setelah anak keturunannya mencapai dewasa, Allah SWT mensyariatkan (membolehkan) kepada Nabi Adam AS untuk menikahkan salah satu dari pasangan kembar.
BACA JUGA: Apakah Surga Nabi Adam Dahulu Sama dengan Surga di Akhirat Kelak?
Qabil punya saudara kembar Iqlimiya yang berparas cantik. Sedangkan, Habil punya pasangan kembar Layudha berparas kurang menarik.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas dan lainnya bahwa Adam berkehendak menikahkan setiap anak laki-lakinya dengan saudara perempuannya dari kembaran yang lain. Maka Habil hendak menikah dengan saudari perempuannya Qabil. Saat itu Qabil lebih tua dari Habil, dan saudari perempuan Qabil lebih cantik.
Maka Qabil hendak menjadikannya istri untuk dirinya sendiri daripada diberikan kepada saudaranya, Habil. Adam memerintahkan Qabil untuk menikahkan Habil dengan saudari perempuannya itu, namun ia menolak. Adam pun memerintahkan keduanya untuk berkurban.
Habil berkurban dengan seekor kambing yang gemuk dan saat itu Habil memiliki kambing yang sangat banyak. Adapun Qabil berkurban dengan hasil pertanian yang jelek. Api pun turun lantas melahap kurban Habil dan membiarkan kurban Qabil. Qabil pun marah dan berkata, “Sungguh, aku akan membunuhmu sehingga engkau tidak dapat menikahi saudari perempuanku.”
Habil menjawab, “Allah hanya menerima kurban dari orang-orang yang bertakwa.” Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas dan lainnya, “Demi Allah, sekalipun yang terbunuh itu (yakni Habil) lebih kuat (dari Qabil). Akan tetapi, dosa yang telah menghalanginya untuk menggerakkan tangannya kepadanya (membunuh Qabil).”
BACA JUGA: Habil kepada Qabil: Aku Takut pada Allah, Rabb Seluruh Alam
Sebagian ulama menceritakan bahwa setelah Qabil membunuh Habil, ia pun memanggulnya. Dan itu terus ia lakukan hingga Allah mengirim dua ekor burung gagak. Kedua burung gagak itu bertarung, lalu salah satunya berhasil membunuh yang lainnya. Setelah membunuhnya, ia turun ke bumi, menggali tanah, lalu mencampakkan (bangkainya), mengubur, serta menimbunnya. []
SUMBER: KISAHISLAM | REFERENSI: Mukhtasar Bidayah wan Nihayah – Ibnu Katsir, Diringkas oleh Syaikh Ahmad Khani, Penerbit Pustaka as Sunnah