RAMADHAN akan tiba dalam waktu dekat. Siapa yang belum qadha atau masih memiliki utang puasa? Hm, bulan Sya’ban bisa dijadikan momen untuk melunasinya. Namun, bolehkan mengganti utang puasa di akhir Sya’ban yang sangat mepet dengan Ramadhan?
Hukum puasa qadha atau mengganti utang puasa Ramadhan adalah sebuah kewajiban. Namun, tentunya Allah SWT juga memberikan keringanan. Puasa Qadha boleh dilakukan kapan saja di luar bulan Ramadhan. Alangkah baiknya jika hal itu dilakukan sesegera mungkin, yakni di bulan Syawal. Namun, di luar itu pun masih dibolehkan.
Eh, ternyata malah ada fenomena yang kemudian membuat seorang muslim mengganti puasanya pada waktu seminggu sebelum Ramadhan atau di penghujung bulan Sya’ban.
BACA JUGA: Perhatikan, Ini Batas Qadha Puasa Ramadhan
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:
لاَ يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدٌ الشَّهْرَ بِيَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ أَحَدٌ كَانَ يَصُومُ صِيَامًا قَبْلَهُ فَلْيَصُمْهُ
“Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya, kecuali bagi seseorang yang terbiasa mengerjakan puasa pada hari tersebut maka puasalah.” (HR. Abu Daud no. 2335, An Nasai no. 2173, Tirmidzi no. 687 dan Ahmad 2: 234. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Berdasarkan hadis di atas, terdapat larangan berpuasa pada waktu 1-2 hari sebelum puasa ramadhan. Larangan ini dimaksudkan kepada mereka yang tidak memiliki kebiasaan berpuasa sunnah seperti puasa daud atau puasa senin kamis. Selain itu, dikhawatirkan bahwa hal ini dapat mengganggu dari esensi masuknya awal bulan ramadhan sebagai syarat sah puasa ramadhan.
Larangan ini tidak berlaku bagi yang ingin mengganti puasanya, sebab Aisyah itu membayar utang puasa (qadha’ puasa) di bulan Sya’ban artinya ‘Aisyah menunda qadha’ puasanya hingga bulan Sya’ban.
Sebagaimana wanita pada umumnya, Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha memiliki uzur sehingga tidak berpuasa di bulan Ramadhan, entah karena datang bulan (haid) atau alasan lainnya. Ia menunda pembayaran utang puasanya (qadha’ puasanya) hingga bulan Sya’ban. ‘Aisyah menunaikan qadha-nya sebelum Ramadhan berikutnya tiba. Oleh karena kesempatan yang tersisa hanya di bulan Sya’ban, ‘Aisyah pun segera membayar utang puasanya pada waktu tersebut.
BACA JUGA: Belum Tunaikan Puasa Qadha Tahun Lalu hingga Ramadhan Datang, Bagaimana?
Dari Abu Salamah, ia mendengar ‘Aisyah mengatakan,
كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ
“Aku dahulu punya kewajiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar utang puasa tersebut kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, no. 1950; Muslim, no. 1146).
Dalam sebuah hadist berbunyi:
انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلاَ تَصُومُوا
“Jika tersisa separuh bulan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 738 dan Abu Daud no. 2337). Hadits ini tidak menunjukkan keharaman. Ditambah lagi hadits tersebut adalah hadits dho’if. Imam Ahmad telah mengingkari hadits tersebut namun ulama lainnya ada yang menshahihkan atau menghasilkannya, serta dijadikan juga sebagai dalil.
Hadis ini seakan-akan bertentangan dengan hadis yang menyatakan larangan berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan. Sebenarnya, hadis ini pun terdapat perselisihan pendapat mengenai keshahihannya.
Jika hadis tersebut shahih, maka yang dimaksudkan adalah larangan puasa sunnah mutlak yang dimulai dari pertengahan bulan Sya’ban. Adapun jika seseorang punya kebiasaan puasa seperti puasa Senin-Kamis, puasa Daud, atau ingin menyambung puasa Sya’ban karena separuh pertama melakukannya, begitu pula karena ingin mengqodho’ puasa Ramadhan, maka seperti itu tidaklah masuk dalam larangan berpuasa setelah pertengahan Sya’ban.
Sebagaimana kata ‘Aisyah:
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Nabi ﷺ tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)
An-Nawawi berkata: ”Ungkapan;
كَانَ يَصُوم شَعْبَان كُلّه , كَانَ يَصُومُهُ إِلا قَلِيلا
“Rasulullah ﷺ sering berpuasa pada bulan Sya’ban, beliau berpuasa bulan Sya’ban kecuali sedikit saja.”
BACA JUGA: Ini Hukum Menunda-nunda Qadha Puasa Ramadhan
Hikmah larangan ini adalah supaya bisa membedakan antara amalan wajib (puasa Ramadhan) dan amalan sunnah sebagaimana shalat wajib dan shalat sunnat. Selain itu, supaya kita semakin semangat melaksanakan awal puasa Ramadhan.
Di samping itu, hukum puasa berkaitan dengan melihat hilal (datangnya awal bulan). Maka orang yang mendahului Ramadhan dengan sehari atau dua hari puasa sebelumnya berarti menyelisihi ketentuan ini.
Jadi sudah terjawab pertanyaan di atas. Seminggu sebelum Ramadhan masih boleh mengganti puasa sebagaimana rukun puasa ramadhan, apalagi punya kebiasaan puasa Senin Kamis atau Puasa Daud, atau hendak menunaikan qadha’ puasa. Selain itu, boleh menunda qadha’ puasa Ramadhan hingga bulan Sya’ban. Namun baiknya tetap tidak menunda kecuali karena ada uzur.
Sebagaimana Aisyah menyampaikan alasan kenapa sampai ia menunda sampai bulan Sya’ban. Itu karena beliau sangat sibuk melayani Rasulullah ﷺ sehingga baru bisa melaksanakan mengganti puasa ramadhan pada akhir bulan sya’ban. Selain itu juga mengakhirkan puasa hingga Ramadhan berikutnya adalah haram, karena itulah ‘Aisyah menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan terakhir untuk penunaian qadha’ puasa. []
SUMBER: DALAM ISLAM