Oleh: Tim Ustadz
RACUN-racun hati itu banyak macamnya, di antaranya adalah berlebih-lebihan (banyak) bicara atau fudhulul kalam. Dikatakan bahwa belumlah bisa istiqamah iman seseorang sebelum istiqamah lisannya. Maka lurus dan istiqamahnya hati dalam memegang keimanan itu dimulai dari lisan yang istiqamah. Oleh karena itulah Islam mengajarkan kepada umatnya agar tidak banyak bicara tanpa disertai dzikir kepada Allah, karena akan mengakibatkan kerasnya hati.
Dalam salah satu hadits shahih, Rasulullah pernah bicara kepada sahabat Mu’adz, “Apakah engkau mau aku tunjukkan yang menjadi landasan itu semua (ibadah-ibadah)?” “Baik, ya Rasulullah,” jawab Mu’adz. Kemudian Rasulullah bersabda, “Cegahlah ini (sambil mengisyaratkan dengan jarinya pada mulutnya),” lalu mu’adz berkata, “Ya Rasulullah, apakah kita akan dimintai tanggung jawab dari apa yang kita ucapkan?” Kemudian Rasulullah bersabda, “Kamu wahai Mu’adz, tidaklah seseorang akan ditelungkupkan wajahnya dan punggungnya ke dalam neraka melainkan karena hasil dari lisannya,” (Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi).
Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua lubang yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, yaitu mulut dan kemaluan,” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan di-shahih-kannya).
BACA JUGA: Tahun Baru, Saatnya Menata Hati
Dan tatkala Uqban bin Amir bertanya kepada Rosulullah, “Ya Rasulullah, apakah sesuatu yang dapat menyelamatkan kita?” Lalu dijawab oleh Nabi, “Tahanlah olehmu lisanmu.”
Lalu dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang dapat memberi jaminan kepadaku dari apa yang ada di antara jenggot dan kumisnya (lisan) dan kedua pahanya (kemaluan), maka aku jamin untuknya surga,” (HR. Al-Bukhari).
Maksud dalam hadits ini, barangsiapa yang bisa memelihara apa yang ada di antara kedua bibirnya, yaitu mulut dari semua perkataan yang tidak bermanfaat dan bisa menjaga apa yang ada di antara kedua pahanya yaitu farji agar tidak diletakkan di tempat yang tidak dihalalkan Allah, maka jaminannya adalah surga. Kemudian dalam hadits yang lain Rasulullah juga bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beriman kepada hari akhirat, hendaklah berbicara yang baik atau agar ia diam,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan dalam suatu riwayat dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda, “Sebagian dari tanda bagusnya Islam seseorang apabila ia bisa meninggalkan ucapan yang tidak berguna baginya.” Berkata Sahl, “Barangsiapa yang masih suka bicara yang tidak berguna maka ia tidak layak dikatakan shiddiq.” Apalagi bila ucapan seseorang sampai menyakiti orang lain maka belum bisa dijadikan jaminan iman yang dimilikinya, sebagaimana sabda Rasulullah, “Demi Allah, tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman,” kemudian ditanyakan; siapakah gerangan yang engkau maksudkan wahai Rasulullah? Jawabnya, “Orang yang menjadikan tetangganya merasa tidak aman lantaran kejahatannya.”
Hati yang tidak mengenal dengan Rabbnya, tidak melakukan ibadah sesuai dengan apa yang diperintahkanNya, dicintaiNya dan diridhaiNya. Bahkan selalu memperturutkan nafsu dan syahwatnya serta kenikmatan dan hingar bingarnya dunia, walaupun ia tahu bahwa itu amatlah dimurkai oleh Allah dan dibenciNya. Ia tidak pernah peduli tatkala memuaskan diri dengan nafsu syahwatnya itu diridhaiNya atau dimurkaiNya, dan ia menghambakan diri dalam segala bentuk kepada selain Allah. Apabila ia mencintai maka cintanya karena nafsunya, apabila ia membenci maka bencinya karena nafsunya, apabila ia memberi maka itu karena nafsunya, apabila ia menolak maka tolakannya atas dasar nafsunya, maka nafsunya sangat berperan dalam dirinya, dan lebih ia cintai daripada ridha Allah.
BACA JUGA: Hati dengan Kondisi Baik, Apa Ciri-cirinya?
Dengan demikian maka hendaklah seorang mukmin mencukupkan diri dari ucapan yang tidak berguna seperti; berdusta, suka mengadu domba, ucapan yang keji, ghibah, namimah, suka mencela, bernyanyi, menyakiti orang lain dan lain sebagainya. Itu semua merupakan racun-racun hati sehingga apabila seseorang banyak melakukan seperti ini maka hati akan teracuni dan bila hati sudah teracuni maka lambat laun, cepat atau lambat akan mengakibatkan sakitnya hati, semakin banyak racunnya akan semakin parah penyakit dalam hatinya, dan kalau tidak tertolong akan mengakibatkan mati hatinya.
Ketahuilah bahwa semua maksiat dalam bentuk apapun adalah merupakan racun bagi hati, penyebab sakitnya hati bahkan juga penyebab matinya hati. Berkata Abdullah Ibnu Mubarak, “Meninggalkan dosa dan maksiat dapat menjadikan hidupnya hati, dan sebaik-baik jiwa adalah yang mampu meniadakan perbuatan dosa dalam dirinya. Maka barangsiapa yang menginginkan hatinya menjadi hati yang selamat hendaklah membersihkan diri dari racun-racun hati, kemudian dengan menjaganya tatkala ada racun hati yang berusaha menghampirinya, dan apabila terkena sedikit dari racun hati bersegeralah untuk menghilangkannya dengan taubat dan istighfar.” []