SAHABAT mulia Islampos, kalimat tauhid ‘Laa ilaha ilallah’ disebut juga dengan tahlil. Kalimat ini memiliki keistimewaan. Tidak hanya terletak pada dampaknya yang luar biasa bagi mukmin, melainkan juga terletak pada struktur kalimat itu sendiri. Apa rahasia kalimat Laa ilaha illallah tersebut?
Rahasia kalimat Laa ilaha illallah: Lafaz Allah
Kalimat لآإِلَهَ إِلاَّ الله (Laa ilaha illallah) itu hanya terdiri atas tiga huruf yaitu alif, lam, dan ha’. Tiga huruf tersebut membentuk sebuah kalimat yang menjadi ajaran paling sentral dalam Islam, yakni tauhid.
Struktur kalimat tahlil tersebut begitu agung, singkat, padat, dan bernas. Artinya, ajaran tentang keesaan Allah SWT itu lugas, sederhana, rasional, mudah dipahami, tidak ambigu, dan tidak rumit. Apabila kalimat tahlil itu dipadatkan, esensi tiga huruf dalam la ilaha illallah adalah Allah (yang juga terdiri atas tiga huruf).
Secara semantik, kata Allah dalam bahasa Arab berasal dari alaha-ya’lahu yang bermakna menyembah, melindungi, menolong. Jadi, Allah SWT adalah Dzat yang paling layak di sembah, paling berhak dimintai perlindungan dan pertolongan.
Oleh karena itu, setiap shalat, terutama saat membaca surat al-Fatihah, komitmen bertauhid itu selalu diulang. Oleh karena keagungan kalimat tahlil, zikir paling afdal adalah membaca, menghayati, dan mengamalkan makna kalimat tahlil ini.
Menurut fitrahnya, manusia sangat merindukan keesaan dan kasih sayang Allah SWT karena rahmat Allah SWT itu mahaluas, tak terbatas, menjangkau, memenuhi, dan menjamin segala kebutuhan makhluk-Nya.
وَاكْتُبْ لَنَا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ ۚ قَالَ عَذَابِي أُصِيبُ بِهِ مَنْ أَشَاءُ ۖ وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ ۚ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ
“Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada Engkau. Allah berfirman: “Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (QS al-A’raf: 156)
Menurut Said Nursi, kalimat tahlil berisi tauhid uluhiyah dan tauhid ma’budiyah. Tauhid yang pertama menghendaki pemurnian akidah dalam menuhankan Allah SWT.
Dialah satu-satunya Tuhan, Dia Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan tiada selain-Nya yang layak dituhankan. Karena itu, dosa terbesar adalah syirik, penuhanan selain Allah SWT, karena bertentangan dengan tauhid uluhiyyah.
Tauhid yang kedua, ma’budiyah, mengharuskan totalitas kepasrahan, penyerahan diri, dan penghambaan kepada Allah SWT. Menjadi hamba Allah SWT itu esensinya adalah bersikap sami’na wa atha’na, mau belajar, memahami, dan menaati syariat Allah SWT. Dengan beribadah hanya kepada Allah SWT, hamba dapat meraih derajat takwa.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah: 21)
BACA JUGA: Keindahan Laa Ilaaha Illallah
Selain itu, dikutip dari kitab Tuhfatul Ikhwan fi Qiraah al-Mi’ad Fi ajab wa Sya’ban Wa Ramadhan karya Syeikh Syihabuddin Ahmad bin Hijazi al-Fasyani, dijelaskan:
Rahasia kalimat Laa ilaha illallah: Diucapkan dengan hati
Huruf yang terdapat dalam kalimat tahlil tersebut semunya huruf jaufiyah (huruf yang keluar dari rongga) tidak ada huruf syafawi (huruf bibir), Hal ini mengindikasikan bahwa mengucapkan kalimat ini mesti benar-benar dari dalam rongga. Rongga yang dimaksud disini adalah hati. Hal sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah ﷺ:
“Manusia yang paling bahagia dihari kiamat dengan mendapatkan syafaatku adalah orang yang mengucapkan kalimat La llaaha illallah dengan penuh keikhlasan dari hati.”
Hadist ini jelas menerangkan bahwa orang yang mengucapkan kalimat La llaaha illAllah dengan penuh keikhlasan dalam lubuk hatinya, maka ia akan menjadi orang yang paling bahagia di akhirat dengan mendapatkan syafaat Rasulullah.
Rahasia kalimat Laa ilaha illallah: Kemurnian tauhid
Dalam kalimat Laa ilaaha illallah semua hurufnya sunyi dari titik, tidak ada satu hurufpun yang bertitik (huruf mu’jam). Hal ini mengisyaratkan bahwa yang benar-benar disembah hanyalah Allah, lepas dari semua sembahan lain selain Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Malaikat Jibril mendatangiku, ia membawa khabar gembira bagku “bahwa siapa saja dari kalangan umatmu yang meninggal dunia dengan tanpa menyekutukan Allah maka ia masuk surga”. Saya bertanya “walaupun ia berzina atau mencuri?” jibril menjawabnya “ya, walaupun ia penzina atau pencuri”.
Hadist ini mengisyaratkan bahwa setiap mukmin yang meninggal dunia dengan tanpa menyekutukan Allah maka ia pada akhirnya tetap akan Allah masukkan ke dalam surga, walaupun ia harus menjalani siksaan terlebih dahulu atas dosa-dosa yang pernah ia lakukan di dunia ini. Sedangkan orang yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah, maka dosanya tidak akan Allah ampuni, ia kekal dalam neraka selama-lamanya. Hal ini sebagaimana firman Allah:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sungguh Allah tidak akan mengampunkan dosa menyekutukanNya dan Dia akan mengampunkan dosa yang lainnya bagi orang yang Dia kehendaki.” (QS. an-Nisa: 48)
Rahasia kalimat Laa ilaha illallah: Bulan haram
Kalimat Laa ilaaha illallah terdiri dari 12 (dua belas). Hal ini mengisyarahkan bahwa dalam setahun terdiri dari 12 bulan. Empat bulan diantaranya merupakan bulan haram yang memiliki kelebihan dari bulan-bulan yang lain.
Di dalamnya terdapat pula satu kalimat yang terdiri dari empat huruf yaitu lafadh Jalallah (lafadh Allah), satu hurufnya terpisah (huruf alif pafa awal kalimat Allah) dan tiga lainnya terangkai. Hal ini merupakan isyarah kepada empat bulan haram yang lebih mulia dari bulan lain, sebagaimana lafadh jalalah lebih mulia dari kalimat yang lain dalam kalimat Laa ilaaha illallah tersebut, dan juga mengisyarahkan bahwa empat diantara bulan haram letaknya terpisah, yaitu bulan Rajab, terpisah dari tiga bulan haram lainnya yaitu Zulqa’dah, Zulhijjah dan Muharram.
Rahasia kalimat Laa ilaha illallah: Pengampunan dosa sehari semalam
Siang dan malam terdiri dari 24 jam dan kalimat لا اله الا الله محمد رسول الله juga terdiri dari 24 huruf. Setiap huruf dari kalimat لا اله الا الله محمد رسول الله dapat menghapus dosa satu jam. Sedangkan dua kalimat tersebut bisa menghapuskan dosa sehari semalam (24 jam).
Imam Sufyan bin Uyainah telah berkata: tidak ada nikmat yang paling afdhal yang diberikan oleh Allah kecuali nikmat mengenal serta memahami kalimat Laa liaaha illallah dan kalimat Laa ilaaha illallah di akhirat kelak bagi manusia bagaikan air didalam dunia.”
Sufyan Tsuri pernah berkata, “Kelezatan pengucapan لا اله الا الله di akhirat laksana kelezatan meminum air segar didalam dunia.”
Imam Mujahid menafsirkan firman Allah:
وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً
“Allah telah menyempurnakan nikmat kepadamu lahir dan batin.” (QS. Luqman: 20)
Menurut beliau maksud dari nikmat lahir batin tersebut adalah kalimat La llaaha illallah.
BACA JUGA: Laa Ilaha Illallah, Kalimat yang Mampu Merobohkan Ribuan Dosa
Rahasia kalimat Laa ilaha illallah: Terangkatnya amal ke langit
Sesungguhnya setiap amalan perbuatan taat akan diangkat kelangit oleh para malaikat sedangkan amalan mengucapkan لا اله الا الله akan naik sendiri tanpa perantaraan para malaikat. Hal ini sebagaimana firman Allah:
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
“Kalam yang mulia akan terangkat dengan sendirinya sedangkan amal shaleh yang lainnya diangkat (oleh para malaikat).” (QS. Fathir 10)
Penjelasan demikian sebagaimana dihikayahkan oleh Imam ar-Razi.
Rahasia kalimat Laa ilaha illallah: Menutup pintu neraka
Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah terdiri dari tujuh kalimat (kosa kata), demikian juga manusia punya tujuh anggota utama dan pintu neraka juga berjumlah tujuh. Maka setiap kata dari dua kalimat ini bisa menjadi penutup pintu neraka yang tujuh. []
Referensi: Tuhfatul Ikhwan fi Qiraah al-Mi’ad Fi ajab wa Sya’ban Wa Ramadhan/Larya: Syeikh Syihabuddin Ahmad bin Hijazi al-Fasyani, hal. 54-55.
SUMBER: REPUBLIKA | IBM MUDIMESRA