Oleh: Ibnu Sayuti
Muslim tinggal di Pekalongan, pribadisederhana02@gmail.com
KISAH pertama dalam surat Al Kahfi adalah kisah beberapa orang pemuda yang beriman yang menyelamatkan diri dari penguasa dzalim yang mengajak menyekutukan Allah. Pemuda-pemuda tersebut lebih memilih berlindung dalam gua daripada melacurkan iman mereka pada nafsu penguasa. Lalu Allah selamatkan mereka dengan menidurkannya sampai penguasa tersebut tumbang diganti imperium yang lain.
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu” (Al Kahfi : 16)
Inilah potret ideal pemuda dalam Al Kahfi. Pemuda ideal adalah pemuda yang kemewahan diri mereka terletak pada imannya, bukan pada kendaraannya dan tampangnya. Pemuda yang memilih merdeka dalam idealisme walau terasing daripada bersama masyarakat tapi lacur. Pemuda yang memilih ajeg dalam standar moral robbani dan tidak larut dalam degradasi moral busuk karena nafsu, kekufuran dan kemusyrikan. Pemuda yang kesibukan mereka terletak pada merealisasikan cinta pada iman, bukan kesibukan pada melankoli cinta lawan jenis. Pemuda yang bertauhid seperti inilah yang layak untuk Allah berikan pertolongan dalam kehidupannya. Kalau Allah sudah memberi pertolongan, bagaimana kiranya kualitas kehidupan pemuda itu?
3. Kalangan pengusaha yang sadar akan kebesaran akhirat sehingga tidak tertipu dunia
Pengusaha merupakan elemen yang sangat penting dalam sehat atau tidaknya sebuah umat. Karena merekalah yang menggerakkan roda perekonomian umat. Jika pengusahanya baik maka ekonomi umat ini makin berdaya, tapi jika pengusahanya buruk maka maka ekonomi umat juga buruk. Jika pengusahanya peduli halal-haram, maka riba akan musnah, peredaran uang sehat, akhlak masyarakat makin mulia. Tapi jika pengusahanya tak peduli halal haram maka riba merajalela, monopoli terjadi, ketimpangan sosial menganga dan akhlak masyarakat memburuk. Benar sekali sabda nabi, harta yang paling baik ada ditangan seorang mukmin.
Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebunanggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. (SuratAl Kahfi : 32)
Kisah kedua dalam surat al Kahfi bercerita mengenai dua orang yang. Satu beriman, satunya kufur. Yang kufur diberikan kekayaan, perniagaan, investasi, pengikut dan keturunan lebih banyak daripada yang beriman.
Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: “Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat” (SuratAl Kahfi : 34)
Sehingga yang kufur ini makin sombong dan durhaka kepada Allah. Yang beriman ini kemudian mengingatkan kepada yang kufur, bahwa kesejahteraan abadi adalah di akhirat, dan jangan sombong karena dunia.
Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya – sedang dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? (SuratAl Kahfi : 37)
Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaallaah, laaquwwata illaabillaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan, (Surat Al Kahfi : 39)
Tapi si kufur ini makin sombong beranggapan bahwa nikmat dia akan kekal.
Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu.”(SuratAl Kahfi : 35-36)
Akhirnya Allah hancurkan perniagaan dan investasi si kufur ini, dan Allah berkahi kepunyaan mukmin.
Dan harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: “Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku” (SuratAl Kahfi : 3)
Umat ini pada dasarnya sudah memiliki kalangan pengusaha, tapi diantara mereka menjadikan kekayaan sebagai tujuan, sehingga halal-haram menjadi kabur, syariat dianggap sebagai halangan dalam berniaga dan mereka memakmurkan riba. Nah tipe pengusaha seperti ini, walaupun mereka muslim, sebenernya tidak banyak bermanfaat bagi umat, karena kepentingan mereka adalah uang walau kadang bekerjasama pada kekuatan ekonomi yang merugikan umat.
Nah pengusaha yang dibutuhkan umat ini adalah yang menjadikan keridhoan Allah dan akhirat sebagai tujuan, sehingga halal haram menjadi kebutuhan, mereka memerangi riba, mendistribusiakan uang mereka ke elemen marginal masyarakat dan menyuburkan tradisi wakaf-zakat-sedekah di tengah umat.
4. Kalangan ulama yang memiliki adab tinggi dan cendekiawan yang selalu merasa haus dalam ilmu
Kisah ketiga adalah kisah nabi Musa a.s yang merantau mencari ilmu dari nabi Khidir. Yang menarik adalah nabi Musa itu rosul zaman itu, jelas memiliki ilmu yang tinggi, tapi masih diminta mencari ilmu oleh Allah agar nabi Musa lebih tawadhu. Dan semangat nabi Musa dalam dialog dengan muridnya luar biasa, semangat penuntut ilmu sejati. Dalam dialognya nabi Musa mengatakan,
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.” (Surat Al Kahfi : 60)
ketika beliau tersesat saat mencari nabi Khidir. Setelah bertemu nabi Khidir, nabi Musa diajarkan sebuah adab dalam menuntut ilmu,
Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.” (Surat Al Kahfi : 70). []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.