MEMANG benar pepatah yang mengatakan ‘ada seorang wanita hebat di belakang lelaki hebat.’ Wanita itu, bukan hanya bisa diartikan sebagai sesosok istri. sosok wanita itu, bisa saja seorang ibu.
Seorang ibu memegang peran penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Ia juga berpengaruh besar dalam membentuk masa depan sang anak.
Salah satu contohnya dapat terlihat dari kisah Sahabat nabi yaitu Anas bin Malik dan ibunya, Ummu Sulaim.
Terlahir dari ayah yang kafir, Anas bin Malik justru tumbuh menjadi salah satu sahabat pilihan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Selain banyak meriwayatkan hadits, beliau juga memiliki harta dan anak yang banyak. Tentunya, ada rahasia dibalik kesuksesannya. Dan, rahasia sukses itu tak lain datang dari sosok sang ibu yang mendukungnya ia menjadi segemilang itu.
Apa saja yang dilakukan Ummu Sulaim untuk Anas bin Malik, sang putra tercinta?
Setidaknya, ada tiga kunci sukses Ummu Sulaim dalam mendidik Anas bin Malik yang bisa dipraktikkan oleh keluarga kaum Muslimin.
Ajarkan Tauhid
Setelah Ummu Sulaim masuk Islam, ia mengajarkan kepada anaknya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.
Saat suaminya, Malik bin Nadhr, pulang, ia membentak, “Apa yang kau lakukan? Kau telah mengeluarkan anak kita dari agama nenek moyang?!”
“Tidak. Aku mengajarkan kepadanya tauhid,” jawab Ummu Sulaim.
Dalam keadaan marah, sang suami pun keluar rumah. Di tengah jalan, ia bersua dengan musuhnya dari kabilah lain. Keduanya bertarung hingga Malik meninggal.
Ummu Sulaim yang menjanda pun bernadzar, “Aku tidak akan menikah lagi kecuali mendapat izin dari anakku.”
Pilihkan Sahabat yang Baik
Janda Ummu Sulaim pun mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Pikirannya bingung. Pasalnya, orang-orang memberikan hadiah kepada Nabi. Tapi, janda ini tak memiliki apa pun. Maka, dengan tegas, ia memberikan hadiah yang tak biasa kepada manusia paling mulia di muka bumi ini.
“Ya Rasulullah, aku tidak memiliki apa pun selain anakku ini,” lanjutnya penuh keyakinan, “Ambillah ia untuk berkhidmat, terserah apa yang engkau inginkan.”
Ketika itu, usia Anas sekitar sepuluh tahun. Sejak saat itulah, Anas senantiasa membersamai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Melalui kebersamaan itu pula, Anas mengetahui semua amal saleh yang dilakukan Nabi, meneladani dan banyak meriwayatkan hadits.
Sungguh, tiada teman yang lebih baik dari yang dipilihkan oleh Ummu Sulaim untuk anaknya ini.
Doa Orang Saleh
Suatu hari, Ummu Sulaim mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Kepada beliau, Ummu Sulaim berkata, “Wahai Rasulullah, Anas adalah pembantumu. Maka, doakanlah ia.”
Nabi pun panjatkan harap, “Ya Allah, banyakkanlah harta dan anaknya, serta berkahilah apa yang Engkau kurniakan padanya.”
Itulah doa orang saleh yang tak tertolak. Allah Ta’ala mengabulkan doa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Kemudian, Anas bin Malik tumbuh dan berkembang menjadi sosok saleh, ‘alim, ahli ibadah, bijak, memiliki harta yang banyak dan berkah, serta dikaruniai keturunan yang jumlahnya mencapai angka ratusan.
Maka, apa yang terjadi pada diri seorang anak, baik itu keberhasilan maupun kegagalan, tidak lah terlepas dari usaha orang tua dalam mendidiknya. []
SUMBER: DIARY KEHIDUPAN SHAHABIYAH |THAL’AT MUHAMMAD ‘AFIFI SALIM