SHOLAT adalah ibadah wajib umat Islam yang dilakukan lima waktu dalam sehari. Sholat disebut memiliki banyak keutamaan, salah satunya adalah mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Ankabut ayat 45:
ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan (Allah) kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Namun pada kenyataannya, kita jumpai fenomena yang bertolak belakang. Ada sebagian orang yang tampak rajin mendirikan sholat. Namun di sisi lain, mereka masih saja terjerumus dalam perbuatan maksiat.
BACA JUGA: Muslim Wajib Tahu 16 Pembatal Sholat dan 9 Hal yang Diperbolehkan
Rajin Sholat tapi Masih Maksiat
Muhammad Aqil Haidar, Lc., M.H., Dosen Tafsir dan Bahasa Arab di Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Dirosat Islamiyah Al-Hikmah Jakarta mengatakan, sholat adalah kewajiban setiap muslim dengan kategori berakal, baligh, hingga suci dari haid dan nifas untuk perempuan.
“Ditinggalkan jika tidak ada uzur yang syar’i yang saya sebutkan tadi, maka dia berdosa. Artinya siapa pun dia, saleh atau pun tidak saleh, sholat adalah kewajiban. Maksiat atau tidak itu tidak ada urusan. Sholat adalah kewajiban,” ujar Aqil Haidar, saat dihubungi oleh detikHikmah, Jumat (17/5/2024).
“Itu satu ketentuan yang tidak bisa dikaitkan dengan saleh dan tidak salehnya seseorang. Bukan berarti yang saleh wajib, yang tidak saleh tidak wajib, itu tidak ada,” lanjutnya.
Justru ketika seseorang belum bisa meninggalkan maksiat, maka kewajiban sholat itu semakin dia butuhkan. Karena Allah SWT berfirman, sholat bisa menjauhkan kita dari perbuatan keji dan mungkar.
“Kamu masih sholat saja masih maksiat, apalagi meninggalkan. Tetapi ketika kamu melaksanakan sholat, maka insyaallah kalaupun maksiat, maka maksiatnya akan terukur dan akan tereduksi secara perlahan. Memang tidak instan, tetapi salat itulah yang akan kemudian mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar,” tutur Aqil Haidar.
Untuk itu, diingatkan agar muslim jangan pernah sekali-kali untuk meninggalkan salat. Sebab, salat adalah tiang agama yang bisa berpengaruh kepada kehidupan.
“Kualitas salat sangat menentukan seberapa dia berpengaruh terhadap kehidupan. Tapi katakanlah kita belum bisa melakukan salat yang berkualitas, bukan pembenaran untuk kemudian tidak salat,” tukas Aqil Haidar.
Doa Dijauhkan dari Maksiat
Di samping memperbaiki kualitas sholat, mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui doa juga merupakan langkah penting untuk terhindar dari perbuatan maksiat. Doa merupakan bentuk komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya, di mana kita dapat mencurahkan isi hati dan memohon pertolongan.
BACA JUGA: Masih Mau Tinggalkan Sholat? Ini 3 Keburukan yang Menanti
Menukil buku Doa dan Zikir Sepanjang Tahun oleh H. Hamdan Hamedan, MA, berikut adalah doa menghindari maksiat:
أللهمَّ احْرمْنِي لَذَّةَ مَعْصِيَتِكَ، وَارْزُقْنِي لَذَّةَ طَاعَتِكَ
Arab latin: Allâhumma ahrimnî ladzdzata ma’shiyatika, warzuqnî ladzdzata thâ’atika.
Artinya: “Ya Allah, luputkan aku dari kelezatan maksiat kepada-Mu, dan berikanlah aku kelezatan untuk taat kepada-Mu.”
Dalam hal ini, muslim dapat memanjatkan doa agar dijauhi dari godaan maksiat dan diberikan kekuatan untuk istikamah di jalan kebaikan. Menyambungkan diri dengan Allah SWT melalui doa akan memberikan ketenangan hati dan memperkuat tekad untuk menjauhi perbuatan tercela.
Seiring dengan usaha untuk memperbaiki kualitas salat, doa akan menjadi pelengkap yang sempurna dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. []
SUMBER: DETIK