RAMADHAN merupakan bulan penuh berkah, penuh rahmat dan ampunan dari Allah SWT. Segala ibadah baik yang kita lakukan semua dilipatgandakan pahalanya oleh-Nya. Namun kini, kenikmatan itu sebentar lagi akan berakhir. Sebuah ketenangan dan kedamaian dalam mendekatkan diri pada-Nya kini mulai terasa sirna.
Cobalah tengok diri kita. Apa yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan tahun ini? Amalan ibadah apa yang patut kita banggakan tahun ini? Akankah iman kita semakin meningkat atau malah sebaliknya? Itu semua hanya kita sendiri dan Allah yang mengetahuinya.
Jika kita tengok pada awal datangnya Ramadhan ini, seluruh umat Muslim gembira akan kedatangannya. Hal ini terlihat dari banyaknya umat Muslim yang melakukan shalat berjamaah di dalam masjid untuk sekedar mengerjakan shalat sunah (tarawih). Hampir seisi ruangan masjid penuh oleh mereka yang antusias menjalankan ibadah kepada Allah.
Tapi, perlahan demi perlahan semua mulai kembali pada semula. Di mana satu per satu orang-orang mulai meninggalkan masjid. Entah apa yang membuat mereka tak lagi beranjak pergi ke masjid dan melakukan ibadah bersama.
Pada malam-malam terkahir ini, Allah SWT memberikan ganjaran yang begitu besar bagi umat Muslim yang beribadah kepada-Nya, yakni lailatul qadar. Hanya orang-orang tertentu yang mampu mendapatkannya. Dan setiap muslim memiliki kesempatan untuk meraihnya. Tapi, mengapa hanya segelintir orang saja yang mau bersaing untuk mendapatkannya? Bukankah nikmat itu hanya ada sekali dalam satu tahun. Dan belum tentu pada tahun-tahun sebelumnya kita mendapatkan nikmat tiada tara tersebut.
Kini Ramadhan akan pergi meninggalkan kita. Dan kita telah menyaksikan kejahatan orang yang jahat, dan kebaikan orang yang baik, dan masing-masing telah menerima bagiannya dari untung dan rugi. Maka, alangkah menyesalnya orang yang semberono (melampaui batas), ia telah men-sia-siakan masa. Alangkah kecewanya orang yang menunda-nunda, seakan-akan ia merasa aman dari bahaya maut, atau mengetahui bahwa ia akan hidup hingga Ramadhan yang akan datang.
Inilah bulan kita menyampaikan selamat tinggal pada kita, dan akan berlalu dengan cepat. Maka, manakah tangis itu karena ditinggalkan olehnya. Dan manakah usaha kita untuk meninggalkan ketinggalan itu. Dan di manakah kita dari tuntunan nabi kita.
Alangkah harumnya masa itu oleh puasa dan bangun malam. Alangkah jernihnya waktu-waktu itu dari berbagai kotoran. Alangkah lezatnya kesibukan masa itu dengan ayat Quran dan surat-suratnya.
Aduhai, siapakah yang masih tetap menegakkan kewajiban dan sunah-sunahnya? Siapakah yang rajin mengisi waktu-waktunya.? Siapakah yang sungguh ikhlas dalam rahasia dan terangnya? Siapakah yang telah selamat dari rusaknya puasa dari fitnah-fitnahnya?
Semoga Allah mengaruniai kita untuk dapat menjalankan semua tuntunan-tuntunan yang utama, dan meninggalkan segala kekejian. Mengaruniai kita dengan penerimaan yang sebaik-baiknya dan pahala-pahala yang sebesar-besarnya. Aamiin. []
Sumber: Petunjuk ke Jalan Lurus/Karya: H. Salim Bahreisy/Penerbit: Darussaagaf PP Alawy Surabaya