Oleh: Andy Sukma Lubis
Penulis Bait Cinta Sang Musafir dan Founder Artistik Salindia Lima
SEBULAN yang lalu, dengan suka cita kita sambut bulan yang suci nan mulia dengan berkata, “Selamat datang Ramadhan.”
Hari ini….dalam beberapa jam ke depan, sepertinya bukan kita yang pantas untuk berkata, “Selamat tinggal Ramadhan.”
Bukan kita yang meninggalkannya. Namun Ramadhan yang suci yang beranjak pergi, dari lingkaran perjalanan hidup yang kita lalui.
Akankah ia kan mampir kembali menemui kita?
Satu yang terpenting adalah akan seperti apa kita menjalani hidup di sebelas bulan mendatang.
Akankah malam yang telah kita isi dengan ibadah, siang yang juga telah dilengkapi dengan ibadah-ibadah sunnah, akan tetap dijalani di perjalanan berikutnya?
Semoga bukan lelah karena ibadah yang menjadi pengisi relung hati. Sehingga merasa perlu beristirahat usai Ramadhan. Bukan pula penat lantaran banyak yang tak bisa dilakukan pada siang hari. Hingga usai Ramadhan, kesia-siaan kan kembali menjadi teman pengisi hari.
Namun Ya Allah… jika Rasulullah yang sudah pasti berakhir di surga saja, telapak kakinya bengkak lantaran lamanya berdiri dalam sholat, maka berharap, kemuliaan Ramadhan kan menghadirkan begitu banyak kecintaan pada sunnah Rasulullah.
Semoga usai Ramadhan, kan membuat kami beranjak untuk mendaki puncak kemuliaan hidup. Menjadikan diri lebih bermanfaat untuk sesama. Menggerakkan diri untuk menaikkan kadar iman dan taqwa di dalam qalbu.
Selamat jalan, wahai Ramadhan. Semoga ada masa untuk berjumpa kembali di masa depan. []