Oleh : Dr. H. Arip Rahman, Lc, MA
BERDASARKAN teori Ibnu Rusyd yang lahir di Qortuba – Andalusia – Spanyol sekarang – (520 – 592 H) ishlah / perbaikan kondisi harus dimulai dengan perbaikan setiap individu yang nantinya akan menlahirkan/menciptakan kondisi dan keadaan sebenarnya (termasuk dalam bernegara). Teorinya tersebut menunjukkan kedalaman filsafat Ibnu Rusyd yang berpandangan luas sesuai dengan logikannya, bahwa ishlah terbarukan bersandarkan kepada Al-Quran sebagaimana pada surat ar-Ra’d ayat :
… إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ…
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
BACA JUGA: Iman dan Takwa, Kunci Semua Keadaan
Islam datang untuk memperbaiki manusia melalui akhlak yang merupakan pangkal utamanya yaitu : ketakwaan. Apabila ishlah pada akhlak manusia dilakukan maka semua kehidupannya akan menjadi sholeh. Sebab yang menghancurkan amal manusia itu pertama kali bersumber dari akhlaknya. Dalam hal ini Ibnu Rusyd yang wafat di Marrakech Maroko menyamakan syariah dengan ilmu kedokteran. Apabila kedokteran bertugas menyehatkan badan, maka syariat yang diciptakan Tuhan untuk menyehatkan jiwa yaitu melalui ketakwaan kepada Allah swt. sebagaimana firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqoroh (2) : 183.
Jadi tujuan puasa adalah “agar kalian bertakwa” dan hanya ketakwaanlah yang dapat menyelamatkan kehidupan di dunia dan bukan dengan aksesoris lainnya (jabatan, kekayaan dan lainnya tidak ada gunanya nanti di akhirat). Dalam kaitan ini Allah berfirman :
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya : “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Hajj (22) : 37).
BACA JUGA: Keuntungan Jadi Orang Bertakwa
Yang diterima di sisi Allah swt. adalah ibadah yang disertai ketakwaan. Ringkasnya, walaupun anggota tubuh yang dipertahankan aman dan imunnya harus terawat, namun pada akhirnya akan terkalahkan juga dengan penyakit yang tidak ada obatnya yaitu kematian di dunia. Kita boleh sakit di dunia dan kematian setiap jiwa pasti adanya. Namun ketakwaan kepada Allah swt. jangan sampai mati. Karenanya ketakwaan harus tetap sehat dan terawat melalui charge tahunan di di bulan Ramadhan ini yang akan diraih sebagai bekal yang abadi di akhirat nanti. Wallahu a’lam. []
SUMBER: PERSIS