BAGI insan yang beriman dan bertaqwa tentu akan merasakan kesedihan yang mendalam ketika bulan suci ini akan segera berakhir, mengapa tidak? Karena hanya di bulan suci nan penuh maghfiroh ini saja setiap amalan yang dilakukan akan Allah lipat gandakan.
Ditambah lagi rasa sedih karena merasa belum tentu di bulan ramadhan yang selanjutnya masih diberikan kesehatan dan kehidupan untuk menunaikan ibadah puasa dan amalan amalan lainnya. Mereka yang selalu mengharap ampunan dan ridho dari Allah di akhir ramadhan akan senantiasa menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah seperti shalat sunnah, membaca Al-Quran, bermunajat kepada Allah.
BACA JUGA: Akhir Ramadhan Anda, yang Mana?
Tentu disiang haripun mereka akan melaksanakan aktivitas-aktivitas syurgawi seperti berdakwah, mengurusi ummat, mengkaji islam dan sebagainya ‘mengencangkan ikat pinggang’ persiapan maksimal untuk taqarub ilallah sebagaimana yang dicontohkan baginda Rasulullah saw.
Lain lagi dengan insan-insan yang di dalam hatinya selalu dominan mendambakan kesenangan dunia. Berakhirnya ramadhan sangat ditunggu-tunggu karena sudah sebulan penuh merasakan lapar, haus dan dahaga di siang hari serta hawa nafsu yang dipaksa tertahan. Momentum beberapa hari terakhir bulan ramadhan mulai disibukkan dengan aktivitas duniawi seperti bermegah-megahan menyiapkan pernak pernik keperluan lebaran.
Dari mulai aktivitas memasak dan membeli kue yang beraneka ragam, pakaian baru dengan berbagai merk, kendaraan berkelas, renovasi rumah sampai dengan dekorasinya yang lengkap bahkan terkesan dipaksakan karena ada juga yang sampai berhutang dan itupun hutang riba. Lantas apa kabarnya amalan yang dilakukan selama bulan ramadhan ini?
Begitulah fakta yang terjadi pada masyarakat secara umumnya seperti sudah menjadi tradisi disetiap tahun ketika menyambut lebaran.
Berbahagia dan merayakan hari besar umat Islam tidak ada yang melarang, justru sangat dianjurkan untuk menyambutnya dengan suka cita. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Ahmad no. 12006 dan yang lainnya “Sesungguhnya Allah telah mengganti untuk kalian dua hari raya itu; idul fitri dan idul adha.” Dalam kitab al badru al tamam dikatakan, “Pada hadits tersebut terdapat isyarat yang menunjukkan dianjurkannya berbahagia, menampakkan kesemangatan pada dua hari raya.” (dinukil dari Syarh Umdah al Fiqh, 1/409).
Bertitik tolak dari hadits di atas maka seluruh umat Islam sangat dianjurkan untuk menampakkan kegembiraannya dalam menyambut hari raya. Hanya saja yang menjadi persoalannya adalah ketika kita lebih cenderung sibuk mencurahkan energi yang dimiliki untuk menyiapkan pernak pernik itu semua dibandingkan menyibukkan diri bertaqarub di akhir ramadhan.
Jangankan ibadah sunnah atau bahkan tidak kurang kurang ada yang sampai lupa waktu sholat wajib lima waktu dikarenakan sibuk belanja ini itu, sibuk aktivitas ini itu. Astaghfirullah… semoga kita terhindar dari sifat yang demikian.
Sebagai seorang manusia, sudah menjadi fitrah ingin merasakan senang. Akan tetapi muslim yang baik dan berprinsip islami tentu tidak akan menyia-nyiakan waktunya dengan perkara yang jauh dari amal ibadah dan ridho Allah. Seorang muslim yang lurus sudah barang tentu di akhir ramadhannya tidak akan mau ketinggalan momen lebih dekat dengan Allah, ia akan senantiasa berharap dan berdoa kepada Allah supaya ramadhan yang ditemui di tahun ini akan lebih bisa meningkatkan takwa kepada-Nya. Lebih bisa bermanfaat untuk perbaikan ummat.
BACA JUGA: Puasa Ramadhan adalah Waktu Terbaik untuk Berhenti Merokok Selamanya
Wahai umat muslim, alangkah singkatnya kehidupan ini. Waktu terus berjalan terus meninggalkan kita tanpa permisi, hari ini akan berganti menjadi hari kemarin, alangkah meruginya diri kita jika hanya memikirkan kesenangan dunia belaka. Alangkah sedih jika ramadhan tahun ini menjadi ramadhan terakhir yang kita rasakan. Sementara amalan kita belum seberapa untuk bersaksi dan berhujjah di yaumil akhir nanti.
Begitu ruginya diri kita jika diakhir ramadhan ini tidak memperoleh nikmatnya iman dan bertambahnya taqwa. Oleh sebab itu sebagai bahan renungan kita bersama, ayo kembali menata diri, dunia yang fana ini tidak sepantasnya membuat kita terlena, sementara janji Allah akan akhiratnya yang abadi itu sudah pasti. Mari kita berlomba dalam kebaikan dengan lebih banyak beramal memprioritaskan tunaikan kewajiban.
Wallahu’alam biasshowab. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.