Oleh: nuharobbaniyah
Sudah berapa hari berpuasa, dan sepertinya kita hanya berputar-putar di kebiasaan yang bukannya menambah kualitas ibadah. Malah makin ke sini, makin banyak saja godaan untuk beralasan sejenak berpaling dari shaf tarawih, berpaling dari mushaf dan rehat dari tahajud.
BACA JUGA: Raih Kebahagiaan dengan I’tikaf Ramadhan
Sebenarnya, kita sudah menjalani Ramadhan berapa kali dalam hidup kita? Dan naasnya, sudahkah kita benar-benar tahu apa nilai Ramadhan bagi para orang-orang yang tahu betul mengapa ia ada untuk orang-orang beriman?
Anas bin Malik pernah bilang, “kamu melakukan sesuatu yang menurutmu senilai butiran tepung, namun di masa Rasulullah ﷺ ia merupakan sebuah pekerjaan yang senilai sebuah gunung besar.” Kita makin malas, kita makin berpaling dan makin lemas, barangkali karena kita ternyata tidak benar-benar tahu bagaimana generasi awal Islam memandang Ramadhan.
Ibaratnya seperti kita hidup di tengah tambang emas, tapi karena ketidakmampuan kita dan Ketidaktahuan kita tentang betapa berharganya emas, kita jadi menganggapnya seperti batu kali yang tak pernah sedikitpun terlintas bahwa dia bernilai.
BACA JUGA: Gebyar Ramadhan Cahaya Aceh Ditutup Kelas Memanah
Yuk kembali baca hadits-hadits tentang keutamaan Ramadhan, untuk mencharge lagi semangat kita menjalani Ramadhan. Kita sedang ada di tambang permata yang memiliki deadline 10 hari lagi sampai ia ditutup. Setidaknya kita perlu tahu dan yakin betul, bahwa nyatanya yang kita gali dan cari adalah permata, bukan hanya ikut-ikutan orang saja. []