SAAT Ramadhan turun di Pasar Rebo, kamu akan segera tahu di dua waktu ini: pertama, saat kamu baru saja pulang dari tarawih, dan yang kedua, jam 05 sore.
Masjid Arab, begitu kami menamainya. Bertahun-tahun akrab dengan masjid yang bersebelahan dengan pasar tersebut, saya baru tahu namanya saat kelas 2 SMA.
BACA JUGA: Utang 35 Juta
Kalau kamu menunaikan tarawih di sana, di pertengahan, kamu akan mendapati segelas kopi khas menyengat yang tak akan bisa kau tolak, dan tak mungkin kau temui rasa dan aromanya di tempat manapun, hatta kau mencarinya di gerai kopi senilai 42 ribu segelas. Satu gelas yang walaupun sangat mungil, rasanya akan tertinggal di mulutmu bahkan hingga kau tak lagi pernah menjejakkan kakimu di sana.
Sesuai namanya, masjid ini dipenuhi oleh orang-orang Arab. Tapi, kakak-kakak lelaki saya, juga jadi jamaahnya. Selama bertahun-tahun, setahu saya, inilah satu-satunya masjid dimana tidak ada satu pun anak kecil yang bercanda saat shalat.
BACA JUGA: Apa yang Membuat Ayah Bahagia
Yang tak pernah lekang adalah, masjid ini baru memulai tarawih setelah di tempat lain selesai. Ada satu dzikir yang dilantunkan para jamaah, sekitar 30 menit sebelum dimulai, dan setengah jam sebelum berbuka, dan kami semua di Purwakarta tahu, Ramadhan turun di Pasar Rebo. Dengan khidmat. Berdebum selama 30 hari lamanya.
Marhaban ya Ramadhan. Mohon maaf lahir batin. []