KESABARAN tidak hanya Allah ajarkan saat berpapasan dengan seseorang yang marah pada kita. Juga bukan hanya di rumah saat mertua mengomel. Namun Allah selalu memberi ujian kepada kita dimana saja kita berada.
Hari itu memang tidak seperti biasanya. Jalanan padat dengan motor ditambah mobil yang semakin mempersempit ruas jalan bagi si pejalan kaki.
Karena hari itu adalah sore di bulan Ramadhan, jadi para pengendara motor semua keluar untuk menghabiskan waktu sorenya di jalanan.
Memang sore hari di bulan biasa dengan sore hari di bulan Ramadhan jelas perbedaannya. Para pengendara motor memadati jalan saat menjelang buka puasa. Yang jelas, biasanya saya bisa leluasa melewati mobil yang berada di depan, justru ini sering terselip oleh motor yang dibelakang.
Ya sudah, saya putuskan cari aman. “Allah sedang menguji kesabaran saya” ucap ku sambil tersenyum. Saya tetap mengikuti mobil dengan laju yang pelan.
Jalan kota sudah saya lewati. Akhirnya tibalah saya di track yang lumayan ada tanjakan serta belokannya. Kata orang sih daerah tersebut pegunungan. Jadi sengaja di buat memutar tracknya.
Saya hanya bisa berdoa sepanjang jalan itu. Ngeri soalnya. Motor berkecepatan tinggi lalu lalang. Belum lagi truck-truck besar. Sabar pun diuji lagi disana.
Mendapat kekesalan saat di bulan Ramadhan dan bulan biasa itu berbeda. Biasanya, saya bisa meredam kekesalan saat ada mobil dari arah berlawanan tiba-tiba mengambil jalan saya. Namun, karena waktu itu situasi pun sedang bahaya, terbesit rasa kesal dalam hati saya. Kekesalan itu timbul karena situasinya membahayakan diri saya.
Lagi-lagi saya berulang kali beristighfar. Tidak baik menodai bulan Ramadhan ini. Saya alihkan rasa kesal menjadi rasa syukur yang begitu besar. Karena Allah masih menyelamatkan saya.
Sudah tidak terhitung deh kejadian seperti itu. Saya hanya merenungi saja. “Justru ini adalah ladang pahala” gumam saya dalam hati. Karena di tempat lain normal-normal saja. Tidak ada situasi mengesalkan. Seringnya Allah menguji kesabaran itu saat saya berada di perjalanan.
Ada satu kejadian kemarin sore. Saat melewati jembatan kereta api, saya melihat di arah seebrang dua pengendara sepeda motor sedang adu mulut. Tidak jelas apa yang terjadi. Warga di sekitar pun memperhatikan mereka. Ya, mungkin ada salah faham yang terjadi. Salah satu dari mereka mungkin merasa dalam situasi bahaya jadi ia marah dan terjadilah adu mulut.
Lagi-lagi saya bersyukur karena tidak harus seperti mereka yang adu mulut. Energinya keluar sia-sia. Namun saya menyadari, saya masih belum lulus saat Allah kasih ujian menahan rasa kesal. Semoga esok hari saya masih bisa memperbaiki diri. Bukan hanya pada bulan Ramadhan, tapi seterusnya. []