Oleh: Savitry ‘Icha’Khairunnisa
Kontributor Islampos, Tinggal di Norwegia
RASANYA baru kemarin mulai puasa, tak terasa sudah menginjak hari ke-10. Sudah 1/3 Ramadhan kita lewati.
Gimana pengelolaan emosi jiwa?
Para emak, masih bisa menahan omelan ke anak dan suami?
Dunia pertemanan, ghibahnya libur?
BACA JUGA:Â Puasa di Norwegia, Berapa Lama?
Para kepoers, tahan kan, nggak ngintip hosip seleb?
Netizen yang semangatnya selalu membara, udah seberapa banyak ngomel?
Kzl ya. Tapi ya harusnya nggak perlu kaget. Udah biasa, toh.
Sabar aja. Meski orang sabar itu biasanya kesel.
Ya sabar aja.
Ramadhan itu tantangan terbesarnya bukan menahan lapar, dahaga, atau kantuk.
Rasa malas, rasa ngiri nganan, rasa marah, kesal, hingga rasa yang dulu pernah ada.
Ketika para syaithonnirrojim dibelenggu selama Ramadhan, bukan berarti kita bisa santai dan bebas berbuat apa aja.
Karena melihat wujud syaithon dari luar itu mudah.
Yang susah adalah menangkis godaan syaithon dalam bentuk diri kita sendiri.
BACA JUGA:Â Dialog Kami tentang Hijab di Norwegia
Waspadalah.
Waspadalah.
Banyak-banyak istighfar.
Garis finish masih jauh. []