Oleh: Reni Yusep
Tinggal hitungan hari bulan suci Ramadhan akan segera berakhir, sebagaimana kita ketahui seluruh amalan-amalan dibulan ramadhan ini baik itu yang wajib maupun yang sunah semua pahalanya dilipatgandakan oleh Allah SWT, tak hanya itu shaum ramadhan pun adalah salah satu sarana yang bisa mengantarkan kaum muslim menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa.
Namun ibadah tentu bukan hanya sekedar menjalankan ritualitas saja seperti shaum, zakat, shalat dan haji. Ibadah mencakup totalitas penghambaan/pengabdian kepada Allah SWT dengan menjalankan seluruh syar’iat-Nya. Inilah yang Allah tegaskan dalam firman-Nya:
“Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka mengabdi (menghambakan diri) kepada-Ku.“ (QS Adz-DZariyat [52]:56)
Menurut Ibnu Hazm dalam kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal (3/80) ayat diatas menjelaskan agar mereka menjadi hamba (abdi) Allah dengan melaksanakan semua hukum-Nya dan patuh pada apa saja yang telah dia tetapkan atas mereka. Ibadah seperti inilah yang bisa mengantarkan setiap muslim menjadi pribadi yang bertakwa, selain itu Allah SWT juga memerintahkan kaum muslim untuk menerapkan semua hukum-Nya, diantaranya seperti Qishas yang menyangkut hak adami (manusia), dan juga hudud yang menyangkut hak Allah-seperti hukum cambuk/rajam bagi pezina dan potong tangan bagi pencuri dll. Semua itu wajib untuk diterapkan karena jika semua hukum Allah diterapkan maka pasti akan membuat semua orang takut untuk berbuat dosa dan kriminal.
Allah SWT pun memerintahkan kaum muslim untuk hanya mengikuti ajaran Islam dan tidak mengikuti ajaran-ajaran selain Islam, ini menegaskan bahwa hanya Islam saja agama yang diridhoi Allah dan agama yang lurus. Hanya dengan menetapi jalan Islam kita akan menjadi orang yang bertakwa.
Namun sayangnya, banyak orang yang mengaku memeluk Islam tapi tidak sepenuhnya mengambil jalan Islam. Dalam hal ritual mereka memang mengambil jalan Islam seperti shalat, zakat, puasa dan haji, namun anehnya, dalam muamalah mereka mengambil hukum-hukum diluar Islam. Dalam ekonomi mereka mengambil teori-teori kapitalis sekuler barat, dalam politik mereka merujuk pada sistem demokrasi barat sekuler, dalam bidang sosial dan pendidikan mereka pun mengacu pada teori-teori pendidikan yang diajarkan oleh para pakar pendidikan ahli psikologi barat sekuler. Jelas semua ini telah menjauhkan kaum muslim dari ketakwaan hakiki kepada Allah SWT.
Syaikh Abdul Qadir Jailani pernah bertutur bahwa kemuliaan seseorang ada dalam ketakwaannya, sementara kehinaan-nya ada dalam kemaksiatannya, tentu kemaksiatan terbesar adalah keengganan manusia untuk berhukum dengan Al Qur’an, tidak mengamalkan isinya dan tidak mau mengambil hukum-hukum yang ada didalamnya, atas dasar inilah kita harus kembali pada Al Qur’an, inilah wujud ketakwaan hakiki, ketakwaan tentu harus diwujudkan tidak hanya dalam ranah individu belaka, tetapi juga pada ranah masyarakat dan negara, inilah yang disebut sebagai “ketakwaan kolektif”. Ketakwaan kolektif ini hanya bisa terwujud dalam institusi negara yang menerapkan syari’ah Islam. Wallahu a’lam bi ash-Shawab. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.