Oleh: Hilmiyatil Alifah
Diijinkan Allah untuk hadir di majelis ilmu dan beberapa kali disindir Allah tentang menjadi wanita taat melalui para ustadz terasa malu dengan aib sendiri.
Mungkin jilbab ini telah menutup aurat seperti yang diperintahkan Allah. Namun bagaimana dengan hati?
Kemarin belajar dari seorang bunda dari Nabi Musa alaihisalam yang karena taatnya, Allah melempar cintaNya untuk putranya.
Belajar pula dari kisah keteguhan Maryam yang diincar fitnah bila sekali saja melakukan kesalahan, sudah siap orang-orang yang akan menjatuhkannya. Penjagaan diri Maryam terhadap Allah membuatnya menjadi wanita yang dimuliakanNya.
Belajar dari bunda Asiyah, kelembutan tutur katanya dan kesabarannya mendampingi suaminya yang kufur serta keteguhan imannya yang sanggup ditukar dengan nyawanya membuatnya dimuliakan Allah.
Dunia ditinggalkannya, memohon dibangunkan rumah yang bersebelahan dengan Allah.
Belajar menggunakan lisan kita hanya untuk berbuat baik, adab bertakzim kepada suami dalam hal ini bunda Asiyah patut kita teladani.
Belum lagi kisah dari istri nabi Luth dan nabi Nuh. Dari istri nabi Luth, sekecil rahasia suami walaupun tidak menggunakan lisan, hanya dengan isyarat kita mengungkapkannya, membocorkannya berakibat fatal dan sungguh Allah melarang kita menyebarkan rahasia suami.
Sedangkan istri Nabi Nuh dengan sembunyi-sembunyi mengatakan bahwa Nabi Nuh telah gila karena membuat kapal dan mentaati perintah Allah. Sungguh telah melakukan khianat bila kita membicarakan suami kita terhadap orang lain, larangan bertipu daya dan hianat kepada suami telah Allah abadikan di dalam QS. At Tahrim ayat 10.
Hari ini belajar dari istri Abu Lahab yang memusuhi Allah dan RasulNya. Awalnya ummu Jamil adalah seorang yang terhormat, dari bani yang paling dihormati, kaya raya dan semua orang menghormatinya. Namun, ketika dendam akan berita yang disampaikan Rasulullah tentang surat Al-Lahab, kemarahan yang disertai dendamnya memuncak. Sehingga kita dapat memetik hikmah dari kemarahannya sebagai seorang wanita.
Bila dendam seorang wanita terhadap orang lain, mengakibatkan bahaya dan memalukan dirinya sendiri. Tidak ada pilihan lain selain melupakan dan memaaafkan.
Pelajaran menyiman dendam, memaafkan dan melupakan sungguh berat, karena taat seharusnua menyeluruh, bukanlah sepotong atau sebagian saja.
Mudahnya rasa baper itu hinggap karena sempitnya hati dan bersebab dunia diletakkan didalam hati. Bila letak dunia masih di dalam hati, akan selaku berat dengan penilaian orang lain terhadap kita.
Dihina kita marah. Difitnah kita murka. Diperlakukan tidak sesuai harapan kita memutuskan hubungan silaturahim.
Dunia hanya persinggahan. Goresan hati itu akan selalu ada, bagaimana kita menyikapinya adalah bentuk taat kita kepada Allah.
Ujian kita tidak seperti ibunda nabi Musa melawan kehendak Fir’aun, tak seperti Rasulullah yang dihina oleh Abu Lahab beserta anak dan istrinya. Kesabaran mereka dapat kita jadikan motivasi tersendiri, untuk memaafkan dan melupakan saudara seiman kita yang tak sengaja membuat hati kita tersakiti.
Qolbun salim adalah upaya kita mensucikan jiwa.
Merugilah jiwa, jika satu kesempatan di bulan Ramadhan tak kita lakukan untuk memperbaiki diri, menenggelamkan nafsu yang jumawa.
Mempersiapkan dan meluaskan hati, memohon pertolongan agar diberi kemudahan untuk meminta maaf dan memaafkan.
Memaafkan dan meminta maaf tidaklah harus selalu menunggu lebaran. Terkuncinya hati yang berkarat karena dendam, ada baiknya kita buka dan sucikan di bulan Ramadhan.
Ramadhan semakin menjauh, semakin taatkah diri ini? []