Oleh: Lailiyati
Pasuruan Jawa Timur
lailiyati87@gmail.com
BUKAN karena tiada cahaya
Hingga diri ini sulit berkaca
Tapi, aku jelaslah tahu,
kaca dihadapanlah yang hitam penuh debu
Sebelum Ramadhan menjumpai
Kukira aku telah berdoa dengan sepenuh hati
‘Ya Allah, sampaikan usiaku pada ramadhan tahun ini’
Tentu saja, agar aku bisa berbakti tuk perbaiki diri
BACA JUGA: 9 Hal yang Harus Dilakukan Muslim Selama Ramadhan
Namun dengarlah sesak keluhku
Di ujung ramadhan sore itu
‘Rabbi, apa arti sampainya usia di ramadhan tahun ini, bila maghfirah-Mu yang berlimpah tiada kudapati menghiasi relung hati.
Oo..jangan…jangan tinggalkan aku wahai ramadhan yang mulya tanpa maghfirah dari-Mu, Rabbi.’
Tersenyum sana-sini
Berkata menawan, indah sekali
Seolah kemenangan dalam dekap diri
ihh…
Apakah aku tiada tahu, akan kemunafikan yang sedang menguasai diri
Bagaimana aku tiada tahu. Bukankah doa yang terkata tanpa usaha sekuat tenaga, hanyalah memberi tunjuk akan kebusukan yang terdampar di jiwa yang harusnya suci.
Ya… inilah yang harusnya ada di dalam relung jiwa setiap muslim di akhir ramadhan tahun ini. Bersih, suci.
BACA JUGA: Ramadan dan Ujian Kesabaran
Ahh…diri…
Kulihat kaca berdebu itu, sekali lagi
Aku terperangah sendiri,
terperanjat sedih,
Merutuki kemunafikan diri.
Rabbii, banyak yang kutinggalkan di ramadhan tahun ini
Namun, kucipta spirit optimis dalam diri
Bukankah masih ada esok hari
Mengingat Tuhanku yang pengampun dan pengasih. []