ORANG badui itu datang dari jauh. Ia sengaja menempuh sekian hari perjalanan untuk bertemu dengan Rasulullah saw. Walaupun ia memang seorang dari udik, tapi ia sudah mendengar nabi akhir zaman itu. Ia sendiri menghadap Rasulullah saw untuk meminta sesuatu. Ia sangat ingin mempunyai barang dari Rasulullah saw.
Ketika itu Rasulullah saw sedang dirubungi oleh para sahabatnya. Seperti biasa, mereka tengah berkumpul saling menasehati, saling memberi kabar dan menjalin ukhuwah. Ketika orang badui itu datang, kerumunan itu sejenak terpecah. Semuanya menatap ke lelaki badui itu.
BACA JUGA: Nabi Sebutkan Keutamaan-keutamaan Umar bin Khattab Ini
Tanpa menunggu lama, orang badui itu akhirnya mengemukakan maksudnya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kedatanganku ini tidak saja ingin menemuimu. Tapi aku juga ingin meminta sesuatu darimu. Apa sajalah yang sekiranya bisa kauberikan dan aku terima,” ujarnya tanpa basa-basi lagi. Memang begitulah adanya keadaan orang badui itu. Mereka biasanya bicara langsung ke pokok permasalahannya.
Rasulullah saw tersenyum sebentar. Di dalam hatinya ia tidak tahu apa yang mesti diberikan kepada lelaki yang tampaknya kasar itu. Akhirnya ia mengambil sesuatu dan segera memberikannya kepada lelaki badui itu. “Ini yang mungkin bisa kuberikan kepadamu.”
Kata Rasulullah saw, “Aku telah berbuat baik padamu.”
Lelaki badui itu menerimanya dengan dahi berkerut. Tampak jelas ia tidak menyukai pemberian Rasulullah saw. Sedetik kemudian ia menyampaikan perasaannya itu dengan suara yang keras. “Pemberianmu tidak bagus aku tidak mau memilikinya.”
Rasulullah saw terdiam. Selintas mukanya merah. Para sahabat sendiri ketika itu langsung berdiri. Mereka serentak mengerumuni lelaki itu. Para sahabat tersinggung. Berani-beraninya lelaki itu mengatakan begitu rupa bahwa ia tidak menyukai pemberian Rasulullah saw. Para sahabat tahu pasti, bahwa Rasulullah saw jarang sekali mempunyai sesuatu yang bagus. Kebanyakan harta Rasulullah saw memang sederhana sekali, tetapi dengan mengatakan langsung seperti itu, siapa yang tidak akan marah. Lelaki badui itu nyata tidak menghormati pemberian Rasulullah saw. Kemarahan para sahabat segera menyelimuti tempat itu.
Ketika para sahabat hendak serentak bergerak, Rasulullah saw memberi isyarat. “Bersabarlah, dan jangan melakukan sesuatu apapun kepadanya,” ujarnya.
Kemudian segera Rasulullah saw pulang ke rumahnya. Tidak lama memang. Beberapa waktu kemudian, Rasulullah saw kembali lagi.
Ia membawa sesuatu yang tampaknya akan diberikan kepada lelaki badui itu. Memang benarlah, sesuatu itu kemudian diberikan kepada lelaki badui yang sebelumnya menolak pemberian Rasulullah saw. “bagaimana dengan yang ini?” kata Rasulullah saw seraya memberikan apa yang ada di tangannya itu.
Wajah lelaki itu kemudian sedikit berseri-seri. Tampaknya ia menyukai apa yang diberikan Rasulullah saw kepadanya kali ini.
Rasulullah saw bertanya, “Apakah aku berbuat baik kepadamu?”
Dengan wajah yang sangat gembira lelaki badui itu sedikit menukas, “Ya, semoga Allah membalas kebaikan engkau, keluarga dan kerabat.”
Kemudian setelah itu, lelaki itu pamit begitu saja meninggalkan Rasulullah saw dan para sahabat. Setelah kepergiannya, para sahabat saling memandangi. Rasulullah saw sendiri tidak berkata apa-apa. Keesokan harinya ketika mereka berkumpul kembali, para sahabat sebenmarnya masih menungu-nunggu gerangan penjelasan Rasulullah saw akan kejadian kemarin. Rasulullah saw mengerti.
BACA JUGA: Inilah Tempat Turunnya Nabi Isa AS
Setelah semuanya berkumpul mengelilinginya dalam majlis itu, Rasulullah saw berkata, “Nah, kalau pada waktu badui itu berkata yang sekasar kalian dengar, kemudian kalian tidak bersabar, kalian marah lalu kalian mengasarinya, maka, ia pasti masuk neraka. Namun, karena aku memperlakukannya dengan baik, maka ia selamat.”
Sahabat pun mengerti perlakuan Rasulullah saw tersebut. Memang setelah beberapa hari, lelaki badui itu mau diperintah untuk melaksanakan tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat. Sahabat semakin kagum kepada Rasulullah saw. Ia memberikan contoh kepada mereka semua tentang berlapang dada. Ia tidak panik dan marah menghadapi kekasaran seorang yang memang demikianlah sifatnya.
Kalaupun saat itu dilakukan hukuman terhadap si badui, tentu hal itu bukan kedhaliman. Namun, Rasulullah saw tidak berbuat demikian. Beliau tetap sabar menghadapinya dan memberikan sifat yang ramah dan lemah lembut. Pada saat itulah beliau saw ingin menunjukan pada semuanya bahwa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta benda apapun. []
Sumber: PERI HIDUP NABI & PARA SAHABAT/Kumpulan Kisah Yang Menyentuh & Menggetarkan Hati/PENULIS: Saad Saefullah/Penerbit Islampos Media