RASULULLAH shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia termulia yang diutus Allah ke tengah-tengah manusia. Beliau sempurna dalam lahir juga batinnya. Beliau juga adalah manusia terfasih dalam berbicara, tersejuk dalam ucapannya, dan paling jelas dalam penyampaiannya. Ucapan beliau sangat jelas dan tandas, mudah dimengerti oleh setiap orang yang mendengarnya.
Ummul Mukminin Aisyah menuturkan, “Rasulullah tidak cepat dalam berbicara seperti cepatnya kamu bicara. Beliau berbicara dengan tenang dan bisa dihafal oleh orang yang hadir di majelis beliau.”
BACA JUGA: Rendah Hatinya Rasulullah
Dalam memudahkan penyampaian risalah dan dakwah, beliau sering melakukan dialog dan tanya jawab dengan para sahabat. Beliau pun kerap menawarkan agar para sahabat bertanya pada beliau, seperti, “Tidakkah kalian mau aku beritahu tentang dosa besar yang paling besar?”
Para sahabat menjawabnya dengan penuh semangat keingintahuan. “Tentu, wahai Rasulullah.”
Kemudian Rasulullah memberikan penjelasan, “Dosa besar yang paling besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, dan memberikan kesaksian palsu.”
Tak hanya itu, terkadang Rasulullah juga melontarkan pertanyaan yang mengusik hati para sahabat, untuk menaruh perhatian besar terhadap makna agung yang terkandung dalam apa yang hendak diutarakan, seperti pertanyaan beliau, “Tahukah kalian siapakah muflis (orang yang bangkrut) itu?”
BACA JUGA: Selendang Tenun untuk Rasulullah
Sebagian sahabat kemudian menjawab, “Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak punya harta.”
Kemudian Rasulullah memberikan penjelasan, “Orang yang bangkrut (muflis) dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, zakat dan puasa, sementara dahulu (sewaktu di dunia) ia mencaci fulan, menuduh fulan, memakan harta fulan, menumpahkan darah fulan dan memukul fulan. Maka kebaikannya diberikan kepada mereka sampai kebaikannya habis, tetapi kejahatannya itu belum terbayar. Karena belum terbayar maka dosa mereka yang dizaliminya itu ditimpakan padanya, hingga ia pun dicampakkan ke neraka.”
Sumber: Abdul-Wahhab bin Nasir Ath-Thariri. 1435 H. Al-Yaum An-Nabawi, Agenda Harian Rasulullah ﷺ. Jakarta: as@-prima pustaka.