RASULULLAH shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berbasa-basi ketika berbicara dengan siapa pun, terutama dalam urusan agama Allah. Bahkan, cinta beliau terhadap siapa pun tidak menghalangi untuk bersikap adil.
Suatu hari, Ummul Mukminin Aisyah berkata kepada Rasulullah seraya mengisyaratkan bahwa Shafiyah binti Huyai, Ummul Mukminin, orangnya pendek, “Cukuplah bagimu Shafiyah itu begini dan begitu,’ maksudnya ia pendek. Lalu apa jawaban dari Rasulullah mendengar jawaban itu dari Aisyah, istri yang paling beliau cintai?! Beliau bersabda, ‘Sungguh, kau telah mengatakan suatu kata yang jika dicampurkan dengan air lautan, tentu merusaknya’.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi).
BACA JUGA: Dakwah Rasulullah Ubah Manusia Sesat Menjadi Umat Terbaik
Meski Rasulullah begitu mencintai Aisyah, namun beliau tidak membiarkannya membicarakan harga diri dan menggunjing saudarinya sesama muslimah. Rasulullah pun tidak segan bersikap sebagaimana mestinya jika memang ada yang salah dan perlu diluruskan.
Saat Rasulullah melihat bantal bergambar di rumah Aisyah, beliau pun marah kepadanya dan berdiri di depan pintu. Beliau baru masuk setelah Aisyah melepas gambar-gambar di bantal tersebut.
BACA JUGA: Mengapa Rasulullah Sering Baca Doa Sapu Jagad?
Cinta Rasulullah kepada Aisyah sama sekali tidak menghalangi beliau untuk bersikap adil, meski harus menuntut balas padanya untuk orang lain jika memang itu diperlukan. []
Sumber: Syaikh Mahmud Al-Mishri. Dzulqa’dah 1437 H. Biografi 35 Shahabiyah Nabi. Jakarta Timur: Ummul Qura.