PADA suatu hari, Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam memasuki Baitul Midras (tempat belajar Taurat orang Yahudi) yang pada saat itu dihadiri beberapa orang Yahudi untuk menyeru mereka kembali ke jalan Allah.
An-Nu’man bin Amr dan Al-Harits bin Zaid berkata kepada Rasulullah, “Wahai Muhammad, agama apakah yang engkau anut?”
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku menganut agama Ibrahim.”
An-Nu’man bin Amr dan Al-Harits bin Zaid berkata, “Sesungguhnya Ibrahim itu orang Yahudi.”
BACA JUGA: Rahasia Kecerdasan Orang-orang Yahudi
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika demikian, marilah kita kembali kepada Taurat sebagai jalan keluar dari masalah yang ada di antara kita.”
Namun mereka berdua menampik ajakan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam. Lalu Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat Al-Qur’an tentang keduanya:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُدْعَوْنَ إِلَىٰ كِتَابِ اللَّهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّىٰ فَرِيقٌ مِنْهُمْ وَهُمْ مُعْرِضُونَ
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۖ وَغَرَّهُمْ فِي دِينِهِمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ
Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al-Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). Hal itu adalah karena mereka mengaku: “Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung.” Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan. (QS. Ali Imran: 23-24).
Pada saat pendeta-pendeta Yahudi dan delegasi Kristen berkumpul di kediaman Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, mereka terlibat adu mulut.
Pendeta-pendeta Yahudi berkata, “Ibrahim itu adalah seorang Yahudi.”
Delegasi Kristen berkata, “Ibrahim adalah seorang Kristen.”
Lalu Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat tentang perselisihan mereka itu:
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
هَا أَنْتُمْ هَٰؤُلَاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَٰذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا ۗ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hai Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir? Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hai yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hai yang tidak kamu ketahui?; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. ” Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imran 65-68).
Abdullah bin Shaif, Adi bin Zaid dan Al-Harits bin Auf berkata kepada sebagian orang Yahudi: “Marilah kita mempercayai apa yang diturunkan kepada Muhammad dan sahabat-sahabatnya di pagi hari, lalu kita berbondong-bondong mengingkarinya pada sore hari, agar kita bisa mengacak-acak agama mereka. Mudar-mudahan mereka melakukan sebagaimana yang kita lakukan lalu mereka berpaling dari agamanya.”
Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan firman Nya:
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
وَقَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمِنُوا بِالَّذِي أُنْزِلَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُوا آخِرَهُ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
وَلَا تُؤْمِنُوا إِلَّا لِمَنْ تَبِعَ دِينَكُمْ قُلْ إِنَّ الْهُدَىٰ هُدَى اللَّهِ أَنْ يُؤْتَىٰ أَحَدٌ مِثْلَ مَا أُوتِيتُمْ أَوْ يُحَاجُّوكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ ۗ قُلْ إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampw adukkan yang hak dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kami mengetahui? Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): “Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran). Dan Janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu.” Katakanlah: “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas (karunia Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 71-73).
Abu Rafi’ al-Qurazhi berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi dan delegasi Kristen Najran saat mereka berkumpul di kediaman Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dan beliau mengajak mereka kepada Islam, “Wahai Muhammad, apakah engkau bermaksud agar kami menyembahmu sebagaimana orang-orang Kristen menyembah Isa bin Maryam?”
Salah seorang dari delegasi Kristen Najran bemama Ar-Ribbiyusu berkata, “Wahai Muhammad, apakah itu yang engkau kehendaki dari kami, dan engkau menyeru kami kepadanya?”
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku berlindung kepada Allah dari menyembah selain Allah, atau menyuruh orang lain beribadah kepada selain Allah. Allah tidak mengutusku demikian, dan tidak menyuruhku pada perkara seperti ini.”
Lalu Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat:
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا ۗ أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
BACA JUGA: Inilah Rabi-Rabi Yahudi yang Sangat Memusuhi Islam
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?” (QS. Ali Imran 79-80).
Ibnu Hisyam menuturkan: Rabbaniyyun adalah para ulama dan fuqaha’ terkemuka. Kata tunggalnya “rabbany” dan derivasi dari kata “rabb” yang berarti sayyid (pemimpin). []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media