DI tahun pilitik seperti saat ini (2019), tak jarang kita menemukan ujaran kebencian dan fitnah yang disebarluaskan melalui berbagai media. Sasarannya? tentu lawan politik dan para pendukung lawan politiknya.
Hal semacam itu bisa memicu permusuhan, sekurang-kurangnya memabngkitkan emosi dan kejengkelan. Ini tak hanya berlaku di dunia politik, tapi dalam hubungan pertemanan atau interaksi di kehidupan sehari-hari juga.
BACA JUGA: Wahai Umar, Kenapa Engkau Diam Saja ketika Dicaci Pemabuk Itu?
Caci maki dan fitnah memang merupakan tindakan buruk yang bisa mengundang keburukan pula bila disikapi secara tidak tepat. Padahal, jika disikapi dengan tepat, ada kebaikan yang mungkin bisa didapat dibalik keburukan tersebut.
Mau tahu apa itu? Simak deh kisah yang diangkat dari pengalaman sahabat Nabi ini.
Dalam suatu riwayat diceritakan, suatu hari Abu Bakar berjalan bersama Rasulullah Saw. Di tengah jalan, tiba-tiba Abu Bakar dihadang oleh seseorang dan dicaci maki. Abu Bakar merasa tidak kenal dan tidak bersalah sehingga dia diam saja sambil senyum-senyum. Dia tambah bingung saat melihat Rasulullah ikut tersenyum.
Setelah orang itu agak lama melemparkan kata-kata cacian, Abu Bakar menjawab kelancangan orang tadi. Namun, Rasulullah justru berhenti tersenyum dan pergi saat Abu Bakar membalas perbuatan orang tadi.
Abu Bakar pun penasaran. Keesokan harinya, Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah Saw, “Rasulullah, mengapa engkau tersenyum ketika ada orang mencaci-maki dan pergi ketika aku membalas cacian itu?”
BACA JUGA: Mencaci Muslim Memuji NonMuslim
Rasulullah Saw pun menjawab, “Ketika engkau tersenyum mendengar fitnah dan caci maki, engkau menerimanya dengan lapang karena engkau tidak bersalah. Aku pun tersenyum karena melihat malaikat sibuk memindahkan catatan amal kebajikan orang itu ke dalam dirimu, sedangkan catatan kesalahanmu dipindahkan ke orang itu.”
Nah, itulah kebaikan yang datang kepada seseorang yang difitnah atau dijelek-jelakkan. Makanya, hati-hatilah dalam bertindak dan berucap. Salah-salah, bisa berdampak pada cacatan amal kita lho. []
Sumber: Psikologi Beragama: Menjadikan Hidup Lebih Nyaman dan Santun/ Karya: Komaruddin Hidayat/ Penenrbit: Hikmah/Tahun: 2007