SURGA, siapa diantara kita yang tidak ingin masuk ke dalamnya? Allah SWT berfirman (yang artinya), “Penduduk surga bisa mendapatkan apa saja yang mereka inginkan di dalam surga. Dan di sisi Kami ada tambahan kenikmatan.” (QS. Qaaf : 35).
Allah SWT juga berfirman dalam sebuah hadits qudsi, “Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih apa yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia.” (HR. Bukhari).
BACA JUGA: Mendidik Penduduk Surga
Saudaraku, tentu kita semua ingin masuk surga. Terlebih lagi, di dalam surga terdapat puncak kenikmatan yang diidam-idamkan setiap muslim, yakni memandang wajah Allah SWT. Namun, jalan menuju surga tidaklah mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan perjuangan yang sungguh-sungguh untuk bisa istiqomah dalam menempuh jalan menuju surga.
Rasulullah SAW bersabda,
اضْمَنُوا لِي سِتًّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَضْمَنْ لَكُمُ الْجَنَّةَ: اصْدُقُوا إِذَا حَدَّثْتُمْ، وَأَوْفُوا إِذَا وَعَدْتُمْ، وَأَدُّوا إِذَا اؤْتُمِنْتُمْ، وَاحْفَظُوا فُرُوجَكُمْ، وَغُضُّوا أَبْصَارَكُمْ، وَكُفُّوا أَيْدِيَكُمْ
”Jaminlah aku dengan enam perkara, dan aku akan menjamin kalian dengan surga: jujurlah (jangan berdusta) jika kalian berbicara; tepatilah jika kalian berjanji; tunaikanlah jika kalian dipercaya (jangan berkhianat); peliharalah kemaluan kalian; tahanlah pandangan kalian; dan tahanlah kedua tangan kalian.” (HR. Ahmad no. 22757).
Jujus saat berbicara
Kejujuran adalah sebuah akhlak yang sangat mulia. Rasulullah SAW bersabda, “Kalian wajib untuk jujur. Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan. Dan kebaikan akan mengantarkan kepada surga” (HR. Muslim).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Kejujuran adalah jalan yang lurus dimana orang yang tidak menempuh jalan tersebut, dia akan celaka dan binasa. Dengan kejujuran inilah, akan terbedakan siapakah yang munafik dan siapakah orang yang beriman, dan siapakah yang termasuk penduduk surga dan siapakah yang termasuk penduduk neraka.” (Madaarijus Salikin, 2/ 257).
Rasulullah SAW memperingatkan kita dari bahaya dusta. Beliau bersabda, “Hati-hatilah kalian dari dusta. Sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada maksiat, dan maksiat akan mengantarkan kepada neraka” (HR. Muslim).
Termasuk perbuatan dusta yang sering diremehkan adalah berdusta dengan tujuan melawak. Rasulullah SAW bersabda, “Celakalah orang yang berdusta dalam berbicara supaya orang lain tertawa. Celaka dia! Celaka dia!” (HR. Abu Dawud).
Oleh karena itu, mari kita biasakan untuk jujur, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Jujurlah ketika bicara, ketika ujian, ketika berjualan, ketika bekerja, ketika mengisi data untuk keperluan tertentu, dan lainnya.
Memenuhi janji
Memenuhi janji adalah diantara sifat seorang mukmin. Adapun tidak memenuhi janji adalah diantara sifat munafik. Rasulullah SAW bersabda, “Tanda orang munafik ada tiga : Jika berkata maka berdusta, jika diberi amanah maka berkhianat, dan jika berjanji maka melanggar.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menunaikan amanah
Allah SWT berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya.” (QS. An Nisaa : 58).
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Amanah itu pembahasannya luas sekali. Dan pada intinya, amanah ada pada dua hal : amanah yang berkaitan dengan hak-hak Allah, yakni amanah yang diemban seorang hamba untuk beribadah kepada Allah dan amanah yang berkaitan dengan hak manusia.” (Syarh Riyadhus Shalihin, 2/463).
BACA JUGA: Ada Berapa jumlah Pintu Surga?
Maka, beribadah kepada Allah SWT juga merupakan amanah yang harus ditunaikan seorang hamba. Amanah tersebut berkaitan dengan hak Allah SWT. Adapun amanah yang berkaitan dengan hak manusia contohnya adalah barang titipan dari seseorang, jabatan atau kekuasaan, serta rahasia yang harus dijaga.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin juga mengatakan, “Menunaikan amanah adalah tanda-tanda keimanan seseorang. Jika engkau menjumpai seseorang yang memegang amanahnya, menunaikannya dengan sebaik-baiknya, maka ketahuilah dia adalah orang yang kuat imannya. Sebaliknya, jika engkau mengetahui bahwa dia berkhianat, ketahuilah bahwa dia orang yang lemah imannya.” (Syarh Riyadhus Shalihin, 2/464). []
BERSAMBUNG