SUATU hari, Rasulullah ﷺ mengadakan perjalanan bersama para sahabatnya. Di tengah perjalanan, mereka beristirahat karena jalan yang dilalui sangat berat dan melelahkan.
Beliau memerintahkan kepada mereka untuk menyembelih seekor kambing yang dijadikan bekal. Salah seorang sahabat mengajukan diri.
BACA JUGA: Rasulullah dan Hujan
“Wahai Rasulullah, akulah yang akan menyembelihnya. Engkau di sini saja, tidak usah repot.” Beliau mengangguk-angguk. Sahabat yang lain tak mau kalah.
“Wahai Rasulullah, kalau sudah disembelih, akulah yang bertugas mengulitinya,” katanya dengan penuh semangat.
Beliau tidak membantah. Setelah disembelih dan dikuliti, kambing tersebut hendak dimasak. Seorang sahabat segera menawari, diri.
“Rasulullah, saya bersedia untuk memasaknya.”
“Wah, kalau kalian semua yang mengerjakan apa yang harus aku lakukan?” tanya beliau merasa tidak nyaman jika harus memberatkan para sahabatnya.
“Kalau begitu, aku yang akan mencari kayu bakarnya,” tegas beliau.
“Sudahlah wahai junjungan kami, biarlah kami yang mengerjakan semuanya. Engkau menunggu saja sampai kami siap menyajikan hidangan di hadapanmu, baru kita nikmati bersama,” jawab mereka serentak.
Rasulullah ﷺ memang bukan tipe orang yang suka berpangku tangan, ia tak mau membuat repot para sahabatnya dalam melayani dirinya.
BACA JUGA: Begini Adab Rasulullah Saat Tukar Menukar Barang
Walaupun beliau diberi kelonggaran untuk tidak mengotori tangan beliau dengan memasak kambing, tetapi beliau tidak berkenan.
“Ya, aku tahu kalian tidak memerlukan bantuanku. Tetapi aku tidak mau jika harus berbeda dengan kalian. Sebab Allah tidak suka melihat seorang hamba yang berbeda dengan teman-temannya,” tegas beliau tak mau dibantah. Setelah itu, beliau beranjak dan ikut membantu. []
Sumber: Seri Indahnya Akhlak Islami Akhlak Hubungan Horizontal/Penulis: M. Alaika Salamulloh/ Penerbi: Pustaka Insan Madani, 2008