Fathu Makkah terjadi pada tahun 630 tepatnya pada tanggal 10 Ramadan 8 H. Tidak lama berselang setelah peristiwa itu, setiap kabilah berjalan melewati Abu Sufyan dengan membawa panji masing-masing. Setiap satu kabilah lewat, Abu Sufyan bin Harb bertanya, “Hai Al-Abbas, siapa orang ini?”
Al-Abbas menjawab, “Inilah kabilah Sulaim.”
Abu Sufyan bin Harb berkata, “Aku tidak mempunyai urusan dengan kabilah Sulaim.”
Kemudian kabilah lain lewat, dan Abu Sufyan bin Harb bertanya lagi, “Hai Al-Abbas, siapa orang-orang ini?”
BACA JUGA: Mengenal Sayid Usman bin Yahya; Ulama Mekah, Sang Mufti Betawi
Al-Abbas menjawab, “Ini kabilah Muzainah.”
Abu Sufyan bin Harb berkata, “Aku tidak mempunyai urusan dengan kabilah Muzainah.”
Setiap kali kabilah lewat, Abu Sufyan bertanya kepadaku tentang kabilah tersebut dan di saat aku telah menjelaskan tentang mereka, ia selalu berkata, “Aku tidak mempunyai urusan dengan Bani ini dan Bani itu.”
Demikianlah yang terjadi hingga akhirnya Rasulullah lewat dengan pasukannya dengan pakaian yang berwarna hijau.
Ibnu Hisyam menuturkan: Pasukan Rasulullah dikatakan hijau karena besinya banyak dan dominasi warna hijau di dalamnya.
Al-Harits bin Hilzat al-Yasykari menuturkan: Kemudian datanglah Hujr yakni Ibnu Ummi Qatham Dia memiliki kuda berwarna hijau Artinya adalah batalion (squadron). Bait ini ada dalam syairnya.
Sedangkan Hassan bin Tsabit berkata: Tatkala dia melihat tembok-tembok lembah Badr Mengalir di sana dengan pasukan Hijau dari Khazraj.
Dalam pasukan tersebut terdapat kaum Muhajirin dan Anshar. Mereka seluruhnya memakai baju besi. Abu Sufyan bin Harb berkata, “Mahasuci Allah. Siapakah mereka ini wahai Al-Abbas?”
Al-Abbas bin Abdul Muthalib menjawab, “Mereka adalah Rasulullah bersama kaum Muhajirin dan Anshar.”
Abu Sufyan bin Harb berkata, “Tak seorang pun yang memiliki keberanian dan kekuatan untuk menghadapi mereka. Wahai Al-Abbas, demi Allah, esok hari urusan keponakanmu ini akan menjadi agung.”
Al-Abbas bin Al-Muthalib berkata, “Hai Abu Sufyan, itulah dia kenabian.”
Abu Sufyan bin Harb berkata, “Benar!”
Al-Abbas bin Al-Muthalib berkata, “Sekarang pergilah segera untuk menemu kaummu.”
Saat Abu Sufyan bin Harb sampai di tengah-tengah kaum Quraisy, ia berteriak dengan suara lantang, “Wahai orang-orang Quraisy, inilah Muhammad datang kepada kalian dengan membawa pasukan yang tak tertandingi. Maka barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia akan aman.”
Hindun binti Utbah mendekat kepada Abu Sufyan bin Harb lalu memegang kumisnya seraya berkata, “Perangilah orang yang gendut, banyak lemak, dan dagingnya. Alangkah jeleknya pemimpin kaum ini.”
Abu Sufyan bin Harb berkata, “Celakalah kalian, hati-hatilah kalian jangan sampai tertipu oleh wanita ini. Sungguh Muhammad akan datang kepada kalian dengan pasukan yang tak tertandingi. Barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia akan aman.”
BACA JUGA: Benarkah Nabi Adam Diturunkan di India dan Hawa di Mekah?
Orang-orang Quraisy berkata, “Semoga Allah mematikanmu. Apa manfaat rumahmu bagi kami?”
Abu Sufyan bin Harb berkata, “Barangsiapa yang menutup pintu rumahnya, dia akan aman. Dan barangsiapa yang masuk Masjidil Haram, dia pun akan aman.”
Kemudian orang-orang Quraisy pun berpencar, diantara mereka ada yang pulang ke rumah mereka sendiri dan ada pula yang berjalan menuju ke Masjidil Haram.
Ketika Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam tiba di Dzu Thuwa, beliau menghentikan tunggangannya lalu tertunduk. Beliau memakai sorban (burdah) dari Yaman yang bersulam benang warna merah. Beliau menundukkan wajah sebagai simbol kerendahannya di hadapan Allah Ta’ala ketika melihat penaklukan yang Allah karuniakan untuknya, hingga jenggotnya hampir menyentuh pelana bagian tengah. []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media