GERAKAN intelejen dalam sebuah pertempuran merupakan sesuatu yang sangat strategis dalam meraih kemenangan militer. Di perang Salib, Shalahuddin Al-Ayubi membangun agen mata-mata yang handal, tidak saja dari Muslimin tetapi juga dari para Tentara Salib sendiri.
Agen rahasia Shalahuddin Al-Ayubi yang berasal dari tentara salib, tidak saja dari tentara biasa, tetapi ada juga yang berasal kalangan dekat atau ring satu para penguasa kerajaan yang didirikan oleh tentara salib pada Perang Salib I setelah menguasai Baitul Maqdis Palestina. Mengapa musuh bisa menjadi kawan?
Keberhasilan Shalahuddin Al-Ayubi memenangkan Perang Hitthin, yang menyebabkan Baitul Maqdis bisa direbut kembali, salah satunya buah operasi intelejen. Dimana Shalahuddin Al-Ayubi mengadakan kontak rahasia dengan istri penguasa Antokia, raja Bohemond III. Dia menginformasikan tentang langkah-langkah militer tentara salib dan agenda perangnya.
Ibnu Atsir berkata, “Ratu Antokia berkirim surat kepada Shalahuddin Al-Ayubi, memberikan petunjuk dan memberikan informasi yang susah ditembus oleh Shalahuddin.” Ibnu Syamah berkata, “Ratu Antokia merupakan loyalis Shalahuddin, ia menjadi mata Shalahuddin untuk melihat musuh, menunjuki, menasehati dan membongkar rahasia tentara salibis.”
Keterkaitan Shalahuddin dengan Ratu Antokia ini, menyebabkan lahirnya sebuah roman di Prancis pada abad ke-14 M menyebutkan, Saladin pernah jatuh cinta dengan Lady Sibylla, istri Pangeran Antiokhia Bohemond III. Padahal, tidak ada bukti Shalahuddin pernah benar-benar bertemu wanita ini walaupun setidaknya ada kontak secara tidak langsung.
Mengapa sang Ratu Antokia rela membantu Shalahuddin? Akhlak pasukan Muslimin dalam menepati perjanjian dengan kerajaan Antokia. Dalam buku Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modern, pada 1151 M Nurudin Zanki, sang guru Shalahuddin, berhasil menaklukan kota Edessa. Penguasa Edessa dan Antokia berhasil disandera. Akhirnya, mereka dibebaskan setelah memberikan tebusan.
BACA JUGA:Â Kota Modern Mekkah, di Tengah Kepungan Romawi dan Persia
Dalam buku The Crusades through Arab Eyes, Amin Maalouf, menjelaskan, Shalahuddin menaruh hormat kepada lawan sekalipun. Pernah suatu ketika, dalam masa damai, sejumlah bangsawan Kristen dari Antokia mendatanginya untuk meminta kembali daerah yang direbut Muslimin empat tahun sebelumnya. Permintaan itu kemudian dikabulkan Shalahuddin.
Akhlak yang luar biasanya inilah yang membuat Ratu Antokia tertarik menjadi bagian kemenangan Muslimin pada perang Hitthin. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.