LOMBOK—Gempa berkekuatan 7 skala richter mengguncang Lombok Utara pada Ahad (5/8/2018). BMKG mencatat adanya ratusan kali gempa susulan.
Menurut Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono, gempa susulan adalah bentuk stabilisasi setelah gempa besar terjadi.
Mengapa bisa terjadi ratusan kali gempa susulan?
Menurut Daryono, setelah gempa, akan muncul bidang yang patah. Bidang yang patah ini memiliki skala yang besar dan ada batuan-batuan dari lipatan yang tidak stabil. Sehingga stabilisasi terjadi untuk kembali ke kondisi normal. Jadi, gempa susulan ini karena adanya proses stabilisasi.
BACA JUGA:Â BMKG: 227 Gempa Susulan Terjadi di Lombok
Daryono menjelaskan, gempa susulan (aftershocks) merupakan gempa yang terjadi di sekitar episenter gempa utama (mainshocks), tetapi memiliki magnitudo yang lebih kecil.
Daryono juga mencontohkan tiga tipe aktivitas gempa menurut Kiyoo Mogi, ahli gempa dari Jepang.
Gempa susulan setelah gempa utama
Gempa ini dicirikan munculnya gempa utama yang diikuti sejumlah gempa susulan dengan magnitudo dan frekuensi kejadian yang terus mengecil. Gempa kecil ini sering terasa setelah gempa utama dengan kekuatan yang besar.
Gempa kecil dahulu, lalu gempa besar
Gempa tipe kedua ini muncul serangkaian gempa kecil sebagai pendahuluan (foreshocks), kemudian terjadi gempa utama dengan kekuatan besar. Selanjutnya diakhiri serangkaian gempa susulan dengan magnitudo dan frekuensi kejadian yang terus mengecil.
BACA JUGA:Â Gempa 7 Skala Richter Guncang Lombok Utara, Peringatan Dini Tsunami Diaktivasi
Hanya gempa kecil namun terus-menerus
Gempa ini biasanya muncul banyak gempa kecil dengan frekuensi kejadian sangat tinggi, berlangsung dalam kurun waktu tertentu di kawasan sangat lokal, tanpa ada gempa kuat yang menonjol sebagai gempa utama. Gempa ini, menurut Mogi, merupakan gempa Swarm. []
SUMBER: MERDEKA