AMERIKA SERIKAT–Seluas 405.000 hektar lahan pertanian di Amerika Serikat (AS) telah dilanda banjir selama sepekan antara 8 – 21 Maret. Banjir melanda setelah badai “topan bom” merendam sejumlah besar sembilan negara penghasil biji-bijian utama. Keterangan ini berdasarkan data satelit yang dianalisis oleh Gro Intelligence for Reuters menunjukkan.
Pertanian dari Dakota ke Missouri dan sekitarnya telah berada di bawah air selama seminggu atau lebih, hingga menghambat penanaman dan merusak tanah. Banjir, yang terjadi hanya beberapa minggu sebelum musim tanam dimulai di Midwest, kemungkinan akan mengurangi produksi jagung, gandum dan kedelai tahun ini.
BACA JUGA: Badai Michael Hantam AS, 7 Orang Tewas
“Ada ribuan hektar lahan yang tidak akan bisa ditanam,” kata Ryan Sonderup, 36, dari Fullerton, Nebraska. Ia telah bertani selama 18 tahun, mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
“Jika kita memiliki sinar matahari langsung sekarang hingga Mei dan Juni, mungkin itu bisa dilakukan, tetapi saya tidak melihat bagaimana tanah itu kembali dengan curah hujan yang diharapkan,” kata Sonderup.
BACA JUGA: Akibat Badai Kuat, 5 Warga AS Tewas Tertimpa Pohon
Banjir musim semi berdampak pada area lahan pertanian yang mengalami kerugian paling besar. Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional pemerintah AS telah memperingatkan apa yang bisa menjadi “musim banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Lembaga ini memerkirakan hujan musim semi yang lebat yang berdampak pada meluapnya sungai-sungai. Ditambah dengan tumpukan salju yang dalam di daerah-daerah pertumbuhan utara mencair.
Topan bom yang terjadi pada pertengahan Maret 2019, adalah pukulan terakhir bagi para petani yang menderita karena penurunan pendapatan selama bertahun-tahun dan ekspor yang lebih rendah karena perang dagang AS-Cina. Banjir juga menghancurkan miliaran dolar tanaman lama yang disimpan, serta merusak jalan dan kereta api. []
SUMBER: PRESSTV