Oleh: Faldomaldini
Penulis ‘Karena Selama Hidup Kita Belajar’
Handphone berdering-dering, sahut-sahutan chat masuk melalui aplikasi WhatsApp, LINE, Messanger seolah berebut urutan untuk tampil di layar perangkat yang menjadi media minta maaf dan ucapkan selamat Idul Fitri di era saat ini.
Ada nama yang dikenal, namun tak sedikit pula nama tak dikenal. Bermacam model ucapan selamat yang masuk, entah di copy paste atau berbentuk gambar dalam sekali broadcast. Yang jelas, tidak banyak yang sepertinya benar-benar ucapan maaf yang dicustomized berbeda, melainkan hampir semuanya seragam.
Alih-alih membaca, tombol pada layar handphone juga diarahkan untuk melakukan copy jawaban. Sang penerima pesan melakukan hal serupa. Alhasil terjadilah saling berbalas copy paste ucapan “selamat hari lebaran”.
Di satu sisi, semua orang di ruang tamu sibuk menunduk. Menunduk bukan berzikir melainkan sibuk masing-masing melihat handphone. Kue-kue dianggurin, minuman diliatin, dan tamu tamu datang hanya diberi sebuah senyum sambil menoleh sedikit. Pikiran masih tersita ke handphone.
Silaturahmi sudah bergeser ke dunia virtual, alih-alih tegur sapa di dunia nyata. Salam-salaman tak lagi lama dan melekat karena jemari terlalu sibuk mencatat kata pada layar. Kata-kata mengalir melalui speaker handphone bukan lagi dalam kata-kata langsung
Apakah ini model Idul Fitri yang kita inginkan?
Model Idul Fitri yang lebih menyita perhatian di dunia maya dibanding dunia nyata?
Semoga saja tidak.
Silaturahmi melalui dunia maya tentu tidak salah, akan tetapi janganlah sampai melebihi interaksi di dunia nyata.
Mari tetap peduli dengan tamu yang datang ke rumah,
Mari tetap menatap kue lebaran yang tersaji dengan gembira,
Mari tetap lebih peduli keluarga di depan mata, sembari tetap menjaga silaturahmi dalam dunia maya
Selamat Idul Fitri 1438 H.
Mohon maaf lahir dan bathin.
Sumber: Faldomaldini.tumblr.com