AMERIKA SERIKAT–Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mertweet sebuah foto rekayasa yang menunjukkan dua politikus top Partai Demokrat memakai pakaian muslim tradisional di depan bendera nasional Iran. Tindakannya tersebut menuai kemarahan warga muslim. Trump dianggap turut mendukung Islamofobia.
Dilansir dari Associated Press, foto rekayasa itu diposting oleh seorang pengguna Twitter kemudian di-retweet oleh Trump via akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump.
BAC AJUGA: Siapa Saja yang Bisa Bawa Kepala Trump ke Iran Bakal Diberi Hadiah Rp 1,1 Triliun
Foto rekayasa itu menunjukkan Ketua House of Representatives (HOR) atau DPR AS, Nancy Pelosi dan Ketua Minoritas Senat AS, Chuck Schumer, memakai hijab dan sorban atau imamah.
“Demokrat yang korup mengupayakan yang terbaik untuk menyelamatkan Ayatollah #NancyPelosiFakeNews,” demikian bunyi keterangan foto itu.
The corrupted Dems trying their best to come to the Ayatollah's rescue.#NancyPelosiFakeNews pic.twitter.com/a0ksPHeXCy
— ☼𓃬داون آندر (@D0wn_Under) January 13, 2020
Trump yang berasal dari partai Republik, sebelumnya menyerang Demokrat yang mengkritik pemerintahannya terkait serangan yang menewaskan Komandan Pasukan Quds Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani. Namun, penggunaan citra muslim sebagai bagian dari upaya tersebut, malah menuai kontroversi dan memicu kemarahan muslim.
“Foto tersebut mencampuradukkan kiasan anti-muslim dan pakaian dari banyak tradisi termasuk beberapa yang kerap dipakai untuk menetapkan stereotip dan menyerang muslim,” kata Madihha Ahussain selaku penasihat khusus kelompok nonprofit, Muslim Advocates, dalam pernyataannya.
“Mengecewakan tapi tidak mengejutkan, bahwa presiden menggunakan platform Twitter-nya yang besar untuk menyebarkan bigotry anti-muslim, berbahaya dan bodoh,” imbuh Ahussain.
BACA JUGA: Berdasarkan Survei, Publik Jerman Anggap Donald Trump Sosok Paling Berbahaya bagi Dunia
Sementara itu, Mantan Duta Besar AS untuk Qatar Dana Shell Smith menyebut tindakan presiden itu sebagai pidato kebencian (Hatespeech).
“Presiden Amerika Serikat terlibat dalam pidato kebencian terhadap seluruh agama. Dan karena dia adalah Presiden, itu atas nama kita. Kita semua – terutama pejabat terpilih kita – menuntut agar ia berhenti. Dan untuk menuntut @Twitter mengakhiri itu,” tulis Smith. []