MANILA — Komisi Pemilihan di Filipina mengatakan bahwa Daerah Otonomi Bangsamoro di Muslim Mindanao dianggap telah diratifikasi setelah dilakukannya referendum pada awal pekan ini.
Dalam referendum itu, muslim Filipina selatan memilih wilayah itu dijadikan otonom untuk mengakhiri kekerasan yang berlangsung hampir setengah abad.
Ini adalah hasil dari upaya perdamaian penuh gejolak oleh pemerintah di Manila dan Front Pembebasan Islam Moro, kelompok pejuang muslim utama di Filipina, untuk menyegel kesepakatan yang ditandatangani pada 2014 tetapi mendekam di Kongres Filipina hingga akhirnya disetujui tahun lalu.
BACA JUGA: Pegang Janji Duterte, Perjuangan Islam Filifina Sebut Perang Bukan Pilihan
“Ratifikasi undang-undang otonomi menandai awal dari pemerintahan baru dan perjalanan lain menuju perdamaian,” kata Komisaris Susana Anayatin dari Komisi Transisi Bangsamoro seperti dilansir dari AP, Sabtu (26/1/2019).
Di bawah kesepakatan itu, para pejuang melepaskan tujuan mereka dari negara merdeka di Filipina yang mayoritas beragama Kristen dengan imbalan otonomi luas. atas hasil ini, 30.000 hingga 40.000 pejuang mereka harus didemobilisasi. Parlemen regional akan bertanggung jawab atas urusan sehari-hari.
Ketua pejuang Moro, Al Haj Murad Ebrahim, telah mengimbau masyarakat internasional untuk berkontribusi pada dana perwalian yang akan digunakan untuk membiayai transisi selama beberapa dekade.
Kendati begitu, tidak semua wilayah yang didominasi muslim Filipina mendukung pilihan otonomi dalam referendum itu.
Provinsi Sulu, menolak opsi tersebut. Sementara penduduk provinsi Lanao del Norte dan tujuh kota di provinsi Cotabato Utara dengan populasi Muslim yang cukup besar akan memutuskan nasibnya pada referendum kedua, 6 Februari 2019 mendatang.
BACA JUGA: Kontroversial, Presiden Filipina: Saya bukan Katolik, Saya Islam
Pada 2017, pasukan Filipina yang didukung oleh AS dan pesawat pengintai Australia mengusir para pejuang yang menduduki Marawi selama lima bulan. Pertempuran itu menewaskan lebih dari 1.200 orang, sebagian besar pejuang Islam.
Secara keseluruhan, konflik telah menewaskan sekitar 150.000 orang selama beberapa dekade dan menghambat pembangunan di wilayah selatan yang kaya sumber daya tetapi terbelakang yang merupakan negara bagian termiskin di Filipina. []
SUMBER: AP