Oleh: Riska Casassi
(Aktivis Dakwah)
Masa muda merupakan masa yang penuh gejolak, baik dari pertumbuhan fisik, maupun emosionalnya. Pikiran dan jiwanya sedang menggebu-gebu untuk melakukan suatu hal. Tak heran dalam catatan sejarah, pemudalah yang mendominasi arah pergerakan suatu perubahan. Seperti yang kita ketahui, pada tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai hari Sumpah Pemuda. Di mana ikrar ini dianggap sebagai semangat dan penegasan cita-cita tanah air Indonesia.
Dalam Islam pun, jika ditelusuri sejarah kebangkitannya maka akan ditemukan banyak sekali sosok pemuda yang luar biasa. Muhammad Al-Fatih, di usianya yang masih begitu muda telah berhasil menjadi sebaik-baik pemimpin pasukannya untuk membebaskan Konstantinopel. Bahkan generasi Assabiqunal Awwalun, generasi pertama yang masuk Islam, yang dibina oleh Rasulullah di rumah Arqam bin Abi Arqam, mayoritas adalah pemuda yang usianya masih belia. Mereka menjadi tonggak dakwah Islam dengan segala konsekuensi dan resikonya.
Dalam hadits, pemuda disebut dengan kata syab. Seperti dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa di antara tujuh kelompok yang akan dinaungi Allah pada hari kiamat adalah pemuda yang tumbuh berkembang dalam ketaatan pada Allah SWT.
Di zaman milenial ini, justru banyak pemuda yang meninggalkan identitasnya sebagai seorang muslim. Pemuda kita diserang oleh musuh Islam tidak lagi melalui fisik, melainkan lewat perang pemikiran. Di mana perang pemikiran ini melalui 4F, yaitu food, fun, fashion, and faith. Lewat food, mereka tidak lagi memperhatikan halal haram. Fun, mereka disibukkan dengan kesenangan duniawi pribadinya belaka, tidak peduli dengan masalah umat. Fashion, di mana mereka mengekspresikan style-nya melalui pakaian, bukan menutup aurat sesuai yang telah diperintahkan syariat. Faith, keimanan yang terkikis karena lupa jati dirinya.