AMERIKA SERIKAT–Seorang remaja di Amerika Serikat (AS) yang yang merekam adegan saat mantan perwira polisi Minneapolis Derek Chauvin menekan leher George Floyd dengan lututnya hingga tewas, kini mengalami trauma mendalam. Kini Darnella Frazier (17) juga merasa ketakutan. Pasalnya, meski sudah mengungkap sebuah kejahatan yang dilakukan polisi, dia justru dibully.
Frazier mengatakan kepada TMZ bahwa dia trauma usai membagikan video memilukan tersebut dan “diserang” secara online. Frazier mengatakan kepada TMZ bahwa orang-orang mengkritiknya karena tidak melakukan tindakan apa-apa saat tahu Floyd diperlakukan kasar. Frazier dikritik karena justru merekam penangkapan itu seperti dilansir dari Insider, Selasa (2/6/2020).
BACA JUGA: Massa Pro George Floyd Marah di Seluruh AS, Gedung Putih Lockdown
Menurut sebuah posting di halaman Facebook-nya, Frazier mengatakan dia takut terlibat terkait insiden yang terjadi.
“Saya tidak berharap siapa pun yang tidak berada dalam posisi saya untuk memahami dan bagaimana saya merasakan hal yang saya lakukan. Saya masih di bawah umur, 17 tahun. Tentu saja saya tidak akan melawan seorang polisi. Saya takut,” tulisnya.
Frazier menambahkan bahwa meski ada kritik, dia tetap berjasa atas videonya. Atas tindakannya, empat petugas polisi Minnesota dipecat dan salah satunya, Derek Chauvin sudah ditahan.
“Jika bukan karena saya, empat polisi masih akan memiliki pekerjaan mereka, bisa menyebabkan masalah lain. Video saya tersebar ke seluruh dunia agar semua orang dapat melihat dan mengetahui. Keluarganya dihubungi,” ujarnya.
Dalam video NowThis, Frazier terlihat menangis setelah kembali ke tempat dia merekam video. Dia bilang situasi itu trauma baginya untuk melihat apa yang terjadi pada Floyd.
BACA JUGA: Apa Fatwa Dewan Fiqih Amerika Utara terkait Pemakaman Jenazah Pasien COVID-19?
“Saya adalah orang yang merekam semuanya. Saya telah melihatnya mati. Saya memposting video dan itu menjadi viral. Dan semua orang bertanya kepada saya bagaimana perasaan saya. Saya tidak tahu bagaimana merasakannya karena sangat menyedihkan, kawan,” katanya.
“Mereka membunuh orang ini (George Floyd) dan saya ada di sana. Saya hanya berada lima kaki jauhnya. Ini sangat membuat saya trauma,” papar Frazier. []
SUMBER: JAWAPOS