MAKASSAR — Naik haji ke Baitullah merupakan impian seluruh Muslim diseluruh dunia. Ibadah haji ini merupakan rukun Islam kelima. Hukumnya wajib, terutama bagi muslim yang memiliki kemampuan untuk menunaikannya.
Mengingat, ibadah haji ini membutuhkan biaya yang tak sedikit, banyak muslim yang berupaya mengumpulkan pundi-pundi rupiah agar bisa naik haji. Ini pula yang dilakukan seorang jamaah calon haji (JCH) asal Desa Majannang, Kecamatan Parigi, Kabupaten Gowa, bernama Sama’ bin Japa’.
BACA JUGA: Berusia 93 Tahun, Kakek Mi’un Jadi Jemaah Haji Tertua di Mojokerto
Sama’ bahkan rela merantau menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Serawak, Malaysia, demi mengumpulkan dana untuk melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.
Sama’ mengemukakan, dirinya rela menjadi tukang batu hingga kuli bangunan demi berhaji dan mengunjungi Kakbah di Makkah, Arab Saudi.
“Kalau ada yang tanya saya uang untuk naik haji dari mana, saya jawab ini betul-betul adalah hasil keringat, karena selama saya kerja di sana, keringat terus menetes,” cerita Sama’ di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Selasa (9/7/2019), seperti dikutip dari Antaranews.
Bersama sang istri, Sama’ telah merantau ke Negeri Jiran sejak 2007. Lalu dua tahun kemudian, tepatnya pada 2009, ia mendaftarkan diri sebagai jamaah calon haji daftar tunggu Kabupaten Gowa.
Menjadi TKI bersama sang istri yang bernama Misa, Sama’ mengakui membantu keuangan keluarganya. Apalagi, istrinya juga turut bekerja sebagai petani sawit di Serawak.
Upah yang diterima fluktuatif, sekira 1.000 hingga 1.500 ringgit atau senilai Rp3,5 juta per bulan, bahkan lebih. Alhasil, pasangan suami-istri ini mendaftar haji bersamaan dan diberi rezeki berangkat bersama setelah 10 tahun menunggu.
“Inilah berkahnya. Kami pulang 2009 langsung buka setoran haji dan tinggal di kampung dulu selama dua tahun. Karena tetap ingin mengusahakan mencari rezeki, kami kembali lagi jadi TKI tahun 2011. Di sana memang banyak pekerjaan jika memang niatnya untuk kerja,” ungkap Sama’.
Sebelum dirinya kembali ke Tanah Air, Sama’ yang juga memboyong beberapa anak dan menantu ke Malaysia telah bekerja selama enam tahun serta kembali menetap di Gowa sejak lima tahun lalu.
“Di Malaysia sangat banyak pekerjaan jika kita mau dan mencari. Mungkin inilah berkahnya bahwa semua sudah kehendak Allah. Kami harus jauh mencari rezeki untuk bisa ke Tanah Suci,” ucap Sama’.
BACA JUGA: Kumpulkan Rp 5.000 Setiap Hari selama 28 Tahun, Penjual Kerupuk Ini Bisa Naik Haji
Ia berkisah, keberangkatannya sebagai jamaah calon haji sudah sangat diidam-idamkan, sehingga terkadang tidak habis pikir akan mampu menginjakkan kaki ke Masjid Nabawi hingga Masjidil Haram.
Perasaan terharu dan gembira tidak bisa ditutupi bahwa betapa dirinya sangat antusias naik haji. Bahkan, pria yang kesehariannya juga bertani itu menyampaikan konsisten untuk berhaji terlebih dahulu lalu melaksanakan ibadah umrah meski diberi rezeki.
“Saya dari dulu memang niatnya haji. Alhamdulillah menunggu 10 tahun tidak terasa karena kemauannya kita yang kuat. Doakan kami bisa sehat dan selamat sampai tujuan,” tuturnya. []
SUMBER: OKEZONE | ANTARANEWS