BENER banget, kalau kebanyakan kita, selalu menilai orang dari luarnya aja. Itu terjadi pada saya dan kawan-kawan seperguruan di Galur Rasa. Kelas 1. Tahun 1992. SMA 1 Purwakarta.
Iya, setiap kali kita latian silat di Ahad pagi, kita para junior anak-anak bawang, memisahkan diri dari para kakak junior dan para alumni. Ya iyalah, emangnya siapa juga kelen? Nah, satu dari para alumni itu, ada yang suka datang rada siangan, pake moge, mengenakan mantel, rambut panjang, gendong tas ransel; pokonya casingnya udah kayak Lorenzo Lamas sebagai Renegade. Anak jaman itu mana pernah ga tau Renegade.
BACA JUGA: 2 Pekan, Aku dan Istriku
Saya dan temen-temen jiper tanpa sebab sama alumni satu ini. Kalau ga kita sebut Lorenzo, ya kita sebut Wiro Sableng. Saya ga tau, apa beliau tau itu atau ga. Kasak-kusuk kami berlanjut ke karena beliau juga jadi master di perguruan silat lain.
Jiper kami para junior kelas pertama bukan saja pas latian. Tapi juga kalau kenaikan tingkat. Entah kenapa, para alumni doyan banget eksis kalau momen kenaikan tingkat: tebar pesonakah atau sekadar ingin berbagi? Ya apapun itu, setelah saya jadi alumni, terjadi juga pada saya, selalu pengen ikutan acara kenaikan tingkat. Tapi positif lah. Ya enggak itu, alumni (sebagian) mengatasnamakan dukung itu tolak ini.
Nah, kami para junior selalu aja ngehindarin dia. Takut. Takut dibentak. Takut ditest. Takut disiksa, alamaak eta disiksa. Tapi emang “penyiksaan” itu terjadi sih (saya ga mungkin ngelupain kami diceburin ke parit setinggi dada jam 19.30 di Warung Kadu saat pelantikan, tapi pelakunya bukan sang alumni, melainkan kakak kelas satu tingkat alias seksi latian 2 (dendam diceburin, masih inget aja sampe sekarang).
BACA JUGA: Karena Miskin
Seinget saya, selama jadi junior, belum pernah ada dari kami yang diapa-apain sama sang alumni gondrong. Setelah saya jadi alumni, saya jadi tau, betapa putih hatinya. Sepuluh tahun belakangan ini, masjid-masjid di Purwakarta selalu mempertemukan kami pas waktu shalat berjamaah. Tentu ga gondrong lagi. Rapi, lengkap dengan seragam PNS.
Saya dan temen-temen semasa junior kemakan sama rumor ga jelas, kelindes sama penilaian tak bertuan: kita seringkali takut pada hal-hal yang ga jelas di sekeliling kita. Semua buku punya sampul. Baca isinya. Kamu bisa menemukan sebuah hati di situ. []