Oleh: Abu Harits
Gema takbir bergemuruh. Tumpah ruah kegembiraan menghapus sedih dan pilu. Luapan suka cita mengharu biru. Karena telah kita sempurnakan ibadah shiyam satu bulan lalu. Benarlah sabda Nabi -صلى الله عليه وسلم- tercinta:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا ابْنُ آدَمَ تُضَاعَفُ عَشْرًا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَّا الصِّيَامَ فَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي وَيَدَعُ طَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي فَرْحَتَانِ لِلصَّائِمِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Dari Abu Huroiroh ia berkata: telah bersabda Rosululloh -صلى الله عليه وسلم- : “Setiap kebaikan yang dikerjakan oleh anak Adam akan dilipatgandakan sepuluh kali lipatnya sampai dengan 700 kali lipat, kecuali shiyam maka dia adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya dikarenakan dirinya meninggalkan syahwatnya untuk-Ku, meninggalkan makanannya untuk-Ku. Bagi orang yang berpuasa dua kebahagiaan kebahagiaan di saat ia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Robbnya Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung. Dan sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Alloh dari pada bau wangi minyak kasturi. (HR. Ahmad)
Sekarang ini kita berbahagia dengan berbuka dan hari raya idul fithri. Kebahagiaan yang kita dahului sebelumnya dengan berpuasa karena mencari ridho Alloh ta’ala. Kita telah sempurnakan puasa kita sesuai dengan firman Allah وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةdan kemudian kita bertakbir sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah “وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُم” dan selanjutnya kita harus pandai bersyukur sebagaimana perintah Allah وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَinilah ungkapan bahagia yang disyari’atkan oleh Allah seprti dalam firman-Nya :
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (58)
“Katakanlah (Hai Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dengan itu bergembiralah mereka, yang demikian itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Yunus : 58)
Inilah yang menjadi sifat asli orang beriman yaitu bergembira dengan amal kebaikan yang telah dikerjakan dan bersedih hati dengan kesalahan dan dosa yang telah dikerjakan. Sebagaimana sabda Rosululloh -صلى الله عليه وسلم- :
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال من سرته حسناته وساءته سيئاته فهو مؤمن
Dari Umar bin Khotthob r.a. dari Nabi -صلى الله عليه وسلم- beliau bersabda : “Barang siapa yang kebaikannya membahagiakannya dan keburukannya membuat dirinya bersedih maka dialah orang mukmin”. (HR. Ahmad)
Namun janganlah ada anggapan bahwa idul fithri dan syawal ini dijadikan sebagai kesudahan dari ibadah yang telah kita kerjakan selama bulan Ramadhan. Tentu saja ini adalah sebuah kesalahan besar dan tidak sesuai dengan nilai tujuan ibadah shiyam Romadhan. Di antara hikmah yang Allah kehendaki untuk kita semua di balik ibadah shiyam Ramadhan adalah menjaga konsistensi dalam beribadah dan menumbuhkan kekuatan komitmen untuk selalu menghambakan diri sepenuhnya untuk Allah. Itulah yang disebut dengan istiqomah.
Setelah penempaan kesholihan pribadi selama satu bulan diharapkan munculnya generasi istiqomah. Sebagaimana Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya dalam firman-Nya :
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (112)
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang-orang yang telah taubat bersamamu, dan janganlah engkau melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kalia kerjakan”. (QS. Hud : 112)
Tidak sepantasnya pula kita menjadikan awal syawal ini sebagai momentum eufhoria hingga melenakan dan melalaikan kita dari sikap zuhud dan waro’. Mengingat betapa banyak manusia saat ini yang menjadikan tujuan hidupnya untuk mengejar kesenangan duniawi. Tidakkah shiyam mengajarkan kita untuk bisa meninggalkan perkara mubah yaitu makan dan minum serta sayhwat kita di siang hari yang sebenarnya hal itu mengajarkan kita untuk zuhud terhadap dunia ini?! Dan sikap zuhud adalah sikap yang lebih mementingkan akhirat dari pada dunia.
Bukankah telah banyak ayat-ayat Al Quran yang menyebutkan perbandingan antara dunia dan akhirat ?! semuanya menunjukkan bahwa akhirat lebih baik dan lebih kekal sebagaiamana firman Allah وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى.
Nabi kita tercinta juga telah memberikan nasihat kepada kita semua terkait tentang zuhud terhadap dunia ini dan ternyata zuhud adalah amalan yang bisa mengundang kecintaan Allah kepada hamba-Nya, melalui sabdanya :
وعن أَبي العباس سهل بن سعد الساعدي – رضي الله عنه – ، قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النبي – صلى الله عليه وسلم – ، فقال : يَا رسولَ الله ، دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أحَبَّنِي اللهُ وَأحَبَّنِي النَّاسُ ، فقال : (( ازْهَدْ في الدُّنْيَا يُحِبّك اللهُ ، وَازْهَدْ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبّك النَّاسُ ))
Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’d al Saa’idy r.a, berkata: telah datang seseorang kepada Nabi -صلى الله عليه وسلم- lalu ia pun berkata : “Ya Rosululloh, tunjukkan kepadaku amalan yang apabila aku kerjakan Alloh akan mencintaiku dan juga manusia”. Maka bersabdalah Nabi : “Hendaklah engkau bersikap zuhud terhadap dunia niscaya Allah akan mencintaimu dan zuhudlah kamu terhadap apa yang dimiliki manusia niscaya manusia akan mencintaimu”. (HR. Ibnu Majah)
Tidak sepetutnya pula, kegembiraan kita di awal syawal ini memalingkan kita dari bencana dan musibah serta tragedi yang menimpa saudara kita di belahan bumi lain. Di Syam saat ini, saudara kita terbantai oleh tentara zionis yahudi –laknatulloh ‘alaihim-. Lebih dari 1.000 orang meregang nyawa. Di Syam pula, saudara-saudara kita disembelihi dan dibombardir oleh -antek yahudi- syiah nushoiriyah. Di Syam pula, masjid-masjid yang menjadi syiar Islam di bombardir, mushaf-mushaf Al quran dibakar dan dilecehkan.
Di Republik Afrika tengah, saudara-saudara kita seiman dan seislam dibantai oleh keganasan milisi kristen. Di Burma, saudara-saudara kita dibakar hidup-hidup oleh orang musyrikin budha. Begitu pula yang terjadi dengan saudara-saudara kita di Pattani Thailan.
Tidakkah kita bersedih dengan apa yang menimpa mereka? Bukankah kita semua telah dipersaudarakan oleh Allah dengan iman dan islam kita ? tidakkah kita mendengar sabda Nabi tercinta -صلى الله عليه وسلم- :
(( مَثَلُ المُؤْمِنينَ في تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمهمْ وَتَعَاطُفِهمْ ، مَثَلُ الجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ والحُمَّى )) مُتَّفَقٌ عَلَيه
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan mereka, kasih sayang mereka, kelembutan mereka, seperti satu tubuh, apabila sebagiananggota tubuh merasakan sakit maka seluruh tubuhnya merasakan pula penderitaannya dengan tidak bisa tidur dan rasa demam”. (Muttafaqun ‘alaih)
Tidak sepantasnya pula kita terlalu larut dalam kegemberiaan, sebab kita pun tidak tahu, apakah amalan kita diterima oleh Allah ta’ala ataukah tidak. Inilah kekhawatiran yang senantiasa menggelayuti benak para generasi salaf.
Inilah sebuah renungan bersama. Semoga awal Syawal 1439 H ini menjadi momentum perubahan positif dalam hidup kita untuk benar-benar menjadi seorang Hamba Allah ta’ala bukan hamba lainnya.
Taqobbalallohu minna wa minkum sholihal a’mal….