Oleh: Lilik Yani
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada-Mu, dan juga di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al Baqarah : 128)
Bersyukurlah Menjadi Tamu Allah
Alhamdulillah, Allah mempertemukan kita dengan bulan Dzulhijjah. Bulan di mana umat muslim yang mempunyai kemampuan harta dan kesehatan, sehingga diizinkan Allah untuk bisa berangkat ke tanah suci untuk memenuhi panggilan Allah swt. Umat muslim dari seluruh penjuru dunia berkumpul di baitullah untuk menjalankan ibadah haji sebagai rukun islam ke lima.
Sungguh menjadi karunia luar biasa yang harus disyukuri ketika mendapat kesempatan menjadi tamu Allah. Karena tidak semua orang bisa berangkat ke tanah suci.
BACA JUGA: Kuperluas Renungan Arafahku
Ada yang mempunyai uang banyak tapi karena disibukkan dengan urusan dunia, sehingga tidak tergerak untuk mendaftar haji. Sebaliknya ada yang ingin sekali bisa menunaikan ibadah haji tetapi uangnya tidak cukup sehingga harus menabung lebih dulu untuk bisa mendaftarkan diri. Ada pula yang sudah tergerak dan bisa mendaftar haji, tapi karena daftar tunggu lama, pada saat jadwalnya berangkat mereka sakit, sehingga ditunda keberangkatannya.
Untuk itulah saudaraku, bersyukurlah atas karunia indah dari Allah ini. Di mana sekarang kalian sudah berada di tanah suci, bisa menatap baitullah secara langsung. Bangunan megah yang dulu dibangun oleh Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail. Bisa melihat langsung di mana maqom Nabi Ibrahim juga Hijr Ismail. Bisa minum air zam-zam sepuasnya, berkat perjuangan bunda Siti Hajar yang waktu itu kehabisan air saat Ismail kecil kehausan.
Saudaraku, kalian semua sudah bisa membuktikan sejarah perjuangan keluarga Nabi Ibrahim secara langsung. Bersyukurlah kalian diundang menjadi tamu Allah untuk bisa napak tilas perjalanan keluarga Nabi Ibrahim. Semoga bisa mendapatkan banyak hikmah dari serangkaian ibadah haji yang akan kalian tunaikan.
Saudaraku, setelah kalian berihrom, semua memakai kain putih, maka kedudukannya akan setara. Tidak ada perbedaan kaya atau miskin, pejabat atau rakyat biasa. Semua sama sederajad, hanya keimanan yang membedakan. Dengan berihrom berarti tanda kesucian dan siap untuk melaksanakan ibadah haji.
9 Dzulhijjah Saatnya Wuquf di Arafah
Saudaraku, sudah masuk tanggal 9 dzulhijjah. Di mana semua jamaah haji akan berangkat menuju padang Arafah. Mereka akan menjalankan wuquf di Arafah. Padang luas tempat semua jamaah berkumpul untuk berdiam diri. Melepaskan segala aktivitas yang biasa dilakukan di dunia.
Wuquf adalah puncak perjalanan ibadah haji. Tanpa menjalankan wuquf di Arafah maka ibadah haji tidak sah. Begitulah ajaran Rasulullah saw. Maka semua jamaah haji harus menunaikannya. Wuquf bermakna diam atau berhenti. Sebagaimana ketika sholat ada tuma’ninah. Ketika ibadah Ramadhan ada i’tikaf. Maka untuk ibadah haji harus ada wuquf di Arafah.
Ketika wuquf di padang Arafah, jama’ah haji melakukan perenungan diri masing-masing tentang segala amalan yang sudah dilakukannya. Substansi wuquf adalah introspeksi diri atas apa saja yang sudah dilakukan sepanjang usianya. Waktunya tanggal 9 dzulhijjah sejak Dhuhur sampai maghrib.
Di saat matahari sedang tergelincir hingga matahari menuju peraduannya di ufuk Barat. Jamaah haji melakukan muhasabah diri, apakah selama ini sudah taat kepada Allah, dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Atau jangan-jangan masih banyak yang mengabaikan Allah. Berbuat semaunya sendiri tanpa mengindahkan aturan Allah. Menunda menunaikan sholat, bahkan suka menyuruh Allah menunggu, karena masih sibuk urusan dunia.
Astaghfirullahal adziim.
Ketika matahari menuju peraduan, menjadi peringatan bahwa usia kita juga terus berjalan dan bergerak untuk tenggelam di ufuk kehidupan. Entah kapan, bisa tahun depan, bulan depan, minggu depan atau besok pagi. Kita tidak tahu kepastiannya, yang tahu hanya Allah Sang Penguasa.
BACA JUGA: Meraih Berkah Arafah
Jadi selama wuquf yang dilakukan adalah perenungan diri masing-masing. Jadi lebih ke ibadah pribadi. Masing-masing jamaah haji berkomunikasi dengan Allah. Sambil memohon ampun atas semua kesalahan yang diperbuatnya selama ini. Sekaligus membuat komitmen, akan bertekad menjadi pribadi yang baik untuk hari esok.
Wuquf adalah saat-saat indah ketika semua jamaah menjalin kedekatan dengan Rabb nya. Saat yang sakral dan khusyuk, karena ketika itu tidak terpikirkan apapun tentang masalah dunianya. Semua ditinggalkan, segala daya upaya, hati dan pikiran hanya fokus untuk komunikasi dengan Sang Khaliq.
Sungguh sangat disayangkan, jika waktu wuquf ada yang menghabiskannya dengan makan-makan dalam tenda atau pesta kebun dengan fasilitas serba mewah. Hingga mereka akan kehilangan momentum sangat berharga dalam merenungi hidup di tanah haram yang disucikan.
Saudaraku, manfaatkan kesempatan istimewa itu. Perjalanan yang mahal, penantian yang lama, janganlah disia-siakan dengan amalan yang tidak manfaat. Kalau pun kalian bisa berangkat lagi, harus menunggu lama. Atau jika kalian datang untuk umroh, maka padang Arafah tidak dibuka. Kalian hanya bisa menyaksikan sambil lalu, tidak bisa berdiam diri untuk wuquf.
Saudaraku, akankah kalian sia-siakan kesempatan ini. Jangan tergoda rayuan teman untuk bersantai ketika wuquf. Atau melakukan ritual ibadah yang tidak ada contoh dari Rasulullah saw. Karena esensi wuquf hanyalah berdiam diri sambil evaluasi diri dan komitmen untuk menapaki masa depan sebagai langkah perbaikan atas berbagai kesalahan yang kita perbuat.
Secara fisik kita diam, tapi jiwa kita ramai karena sibuk dialog dengan Allah. Apalagi kalau banyak dosa dan kesalahan yang kita perbuat, maka menjadi saat yang tepat untuk pengakuan dosa kepada Allah, sekaligus memohon ampunan kepada Allah dan berjanji memperbaikinya.
Puasa Arafah Bagi Umat Muslim di Tanah Air
Saudaraku, saking pentingnya ibadah wuquf di padang Arafah. Maka kita yang berada di tanah air diperintah untuk menjalankan puasa Arafah.
Dari Abu Qotadah, Rasulullah saw bersabda: “Puasa Arafah (9 dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Puasa Asyura (10 Muharam) akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim No 1162)
Jadi waktunya bersamaan di tanggal 9 dzulhijjah itu, ketika jamaah haji menjalankan wuquf di padang Arafah, maka umat muslim yang berada di negerinya sendiri-sendiri menunaikan puasa Arafah. Untuk itu, seharusnya tidak ada perbedaan waktu pelaksanaan puasa Arafah. Karena yang menjadi acuan adalah ketika jamaah haji sedang wuquf di padang Arafah.
Saudaraku, jika semua jama’ah haji melaksanakan wuquf dengan cara yang benar, betapa dahsyatnya kondisi umat muslim. Karena semua evaluasi diri dan membangun komitmen untuk perbaikan di masa depannya. Maka in syaa Allah akan menjadi teladan di muka bumi.
BACA JUGA: Puasa Arafah, Apa Saja Keutamaannya?
Sayangnya, masih banyak jemaah yang melewatkan begitu saja momentum sakral itu. Wuquf di arafah hanya dianggap sebagai ibadah yang bersifat seremonial saja. Tanpa bisa menangkap hikmah dari amalan itu. Sehingga selesai wuquf ya sudah, tidak ada bekas apa-apa. Hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja. Yang didapat hanyalah renungan kosong tanpa makna.
Saudaraku, mohonlah pertolongan kepada Allah. Semoga kalian semua sehat dan diberi kemudahan dalam menjalankan wuquf di Arafah. Mohon dilembutkan hati agar bisa merasakan esensi setiap rangkaian ibadah haji, apalagi wuquf di padang Arafah termasuk puncak Haji yang harus dilaksanakan. Jika tidak melakukan wuquf, maka hajinya tidak sah.
Saudaraku, perbanyak rasa syukurmu kepada Allah. Semoga Allah akan melindungimu dan memudahkan semua urusanmu. Hingga kalian mendapat gelar sebagai haji mabrur. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.