Oleh: Dr. Tajuddin Pogo, Lc. MH
KETIKA tubuh terbujur kaku dan diam membisu menatap langit-langit kamar yang bercahaya redup dan memandang malaikat maut mengulurkan tangan sucinya, saat itu barulah manusia tersentak. Peristiwa yang pasti terjadi ini, menyisakan penyesalan bagi setiap orang. Orang shaleh menyesal kenapa tidak lebih shaleh. Tukang maksiat dan pendosa menyesal kenapa tidak bertaubat dan berbuat keshalehan.
Namun kenapa hal tersebut tidak terjadi saat kematian masih jauh dan baru mengirimkan sinyalnya. Kenapa ketika uban muncul, tenaga sudah mulai berkurang, fungsi tubuh tidak maksimal lagi dan sering sakit-sakitan, dan lain-lain, kesadaran akan kematian itu tidak muncul dan menjiwai seseorang?
BACA JUGA: Stres Psikologi, Mendesain Kematian?
Kematian adalah berakhirnya masa ujian di dunia ini, untuk kemudian bila lulus dari ujian tersebut pada alam berikutnya menjadi sumber kebahagiaan dan kenikmatan bagi orang beriman. Orang yang beriman mengetahui bahwa kematian pasti bukanlah perpisahan abadi, dan bahwa seseorang yang meninggal hanya sekadar menyelesaikan masa ujian di dunia ini. Dia tahu bahwa di akhirat, Allah akan mengumpulkan kaum Muslimin yang hidup menurut perintah-Nya dan memberi mereka balasan surga. Dalam hal ini, mereka akan merasakan kebahagiaan besar, bukan rasa penyesalan.
Kematian bukanlah akhir, melainkan sebuah gerbang yang mengantar kita menuju akhirat. Kehidupan di akhirat adalah kehidupan sesungguhnya yang abadi, dan kita perlu bersiap-siap untuk itu. Dalam dunia ini, tujuan terpenting manusia haruslah untuk mencintai Allah dan mendapatkan ridha-Nya. Hal ini karena Allah, Yang Maha Penyayang, mencintai kita dan melindungi kita di segala waktu. Seorang nabi menyatakan keyakinannya kepada Allah dalam ungkapan: “…Tuhanku adalah Pelindung segalanya.” (QS. Hud: 57)
Allah menggambarkan sifat sementara dunia ini dalam banyak ayat Alquran dan menegaskan bahwa tempat tinggal manusia yang sebenarnya adalah di akhirat. Manusia yang diuji di dunia ini suatu hari akan diambil melalui kematian, sehingga memulai kehidupan barunya di akhirat. Inilah hidup tanpa akhir. Di kehidupan yang abadi, jiwa manusia tidak akan hilang.
Allah memberi tahu kita bagaimana seseorang diberi balasan di akhirat, di hadapan Allah: Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan). (QS Al-An’am: 160).
Allah Maha Penyayang kepada manusia. Dia memberi mereka pahala dengan berlimpah. Tetapi orang yang memperoleh siksa hanyalah dibalas sesuai dengan kejahatan mereka. Allah tidak menzalimi siapa pun. Manusialah yang mungkin memperlakukan orang lain dengan tidak adil. Di dunia ini, seseorang yang berdosa bisa saja menipu atau menyesatkan orang lain. Namun di akhirat, jika seseorang tidak beriman kepada Allah dan keesaan-Nya, Allah pasti akan menghukumnya.
Allah, Pencipta segala keindahan di dunia, mengabarkan bahwa Dia menciptakan keindahan yang jauh lebih hebat di surga bagi orang-orang beriman yang ikhlas. Surga dihias dengan nikmat-nikmat yang paling disukai oleh manusia. Segala hal terbaik dari yang kita makan dan minum di dunia ini ada di surga, dalam bentuk yang sempurna. Manusia tidak pernah merasakan dingin atau panas di surga. Mereka tidak pernah sakit, takut, berduka, atau menjadi tua.
Dari Alquran kita tahu bahwa hal-hal luar biasa terdapat dalam surga: kediaman yang luar biasa, taman-taman yang teduh, dan sungai yang mengalir menambah sukacita penghuni surga. Apa yang tergambar di atas belumlah cukup untuk melukiskan nikmatnya surga. Keindahan surga berada di luar khayalan manusia.
Dalam Alquran, Allah mengabarkan bahwa di dalam surga, manusia akan mendapatkan lebih dari yang mereka pikirkan. “Kalian akan memperoleh di dalamnya apa yang kalian minta,” (QS Fussilat: 31).
Berikut contoh empat ayat lagi dalam Al Qur’an yang menceritakan keindahan surga:
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa: “Di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai khamar arak yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring, dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka…” (QS Muhammad: 15)
“(Bagi mereka) surga Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang emas, serta dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.” (QS Fatir: 33)
“Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka minta.” (QS Yaa Sin: 55-57)
“Di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak pernah berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.” (QS Al-Waqi’ah: 28-34)
Sebaliknya orang yang durhaka kepada Allah dan menolak mengakui adanya Allah juga akan diberi balasan karena apa yang mereka lakukan itu. Mereka tidak mengakui Allah dan tidak percaya bahwa Allah-lah Yang telah menciptakan segalanya, dan mereka bersikap sombong, tidak mampu melakukan ibadah yang diperintahkan kepada mereka, sehingga mereka membangkang di dunia ini. Neraka adalah ganjaran untuk orang-orang berdosa, dan orang-orang yang melakukan kesalahan karena durhaka kepada Allah. Allah menggambarkan keadaan orang-orang ini dalam Al Qur’an sebagai berikut:
“(Yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan olok-olok, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS Al-A’raf: 51)
Di neraka, siksa yang mengerikan, yang tidak bisa dibandingkan dengan rasa sakit seperti apa pun di dunia ini, telah menunggu penghuni neraka. Neraka adalah tempat yang penuh dengan api, rasa sakit, putus asa, dan ketidakbahagiaan. Penghuni neraka berseru kepada Allah dan memohon dikeluarkan dari neraka. Tetapi, begitu telah berada di neraka, sudah terlambat untuk merasa sesal atau sedih.
Penghuni neraka menjalani kehidupan yang jauh lebih buruk daripada kehidupan binatang. Satu-satunya makanan yang mereka temui hanyalah buah dari duri pahit dan pohon Zaqqum. Mereka meminum darah dan nanah. Dengan kulit mengelupas, daging terbakar, dan darah berceceran di mana-mana, mereka menjalani kehidupan yang menghinakan. Dengan tangan-tangan terikat pada leher mereka, mereka dimasukkan ke tengah-tengah api.
BACA JUGA: Doa Menghadapi ‘Kematian Kecil’ di Malam Hari
Banyak orang yang menduga bahwa neraka hanyalah tempat sementara, dan bahwa ketika mereka telah disiksa karena kesalahan mereka, mereka akan memasuki surga. Dugaan ini bertentangan dengan informasi dalam Al Qur’an: “Mereka berada di dalam neraka yang tertutup rapat.” (QS Al-Balad: 20) Hal itu adalah karena mereka menyatakan, “Kami tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari yang bisa dihitung. Mereka terperdaya dalam agama mereka karena apa yang selalu mereka ada-adakan.” (QS Ali Imran: 24)
Oleh karena itu yang harus dilakukan oleh seorang Muslim yang terlanjur melakukan dosa dan menyadari kesalahannya dan perbuatannya yang keliru adalah menyesali semua itu, berdoa, dan memohon pengampunan dari Allah. Dalam Al Qur’an, Allah menjamin akan mengampuni segala dosa jika bertobat. Ayat yang menyatakannya adalah sebagai berikut: Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Penyayang.” (QS Az-Zumar: 53). []
SUMBER: IKADI