Oleh: Siti Nurul Aisyah
WANITA karir adalah gambaran kemajuan dan penghargaan terhadap seorang perempuan. Semakin tinggi jabatannya, semakin tinggi dan mulia kedudukannya. Begitulah opini yang masih beredar di khalayak umum. Tentu, bukan suatu hal yang salah perempuan menjadi seorang wanita karir, tapi akan lebih bijak jika kita pahami dulu kewajiban dan batasan dalam berkarir.
Tentu, bukan hanya latar belakang pendidikan saja yang diperlukan untuk menjadi wanita karir. Penampilan menarik, dan jam kerja yang padat menjadi tuntutan wajib dari sebuah pekerjaan. Dan tak jarang, untuk memenuhi “tuntutan kewajiban” itu, perempuan harus berkorban. Untuk menunjukan penampilan menarik, perempuan akhirnya harus rela mengumbar kecantikan tubuhnya, dan tak jarang menjadi korban pelecehan.
BACA JUGA: Muslimah, Ini 7 Tips Menghapus Henna dengan Cepat
Untuk memenuhi jam kerja yang padat, perempuan pun harus rela meninggalkan anak yang disayanginya kepada orang yang baru dikenalnya, setiap perkembangan anak pun tak lagi jadi perhatian. Perempuan harus rela berangkat pagi, pulang malam dengan segala resikonya. Itulah beberapa hal yang harus dialami kebanyakan perempuan agar memiliki status dan penghargaan lebih di kalangan masyarakat.
Ada cara lain agar perempuan dianggap mulia. Cukup satu hal, taatlah pada aturan Islam, aturan Allah dan rasulNya. Mengapa?
1. Ketika perempuan harus mengumbar aurat mereka untuk penampilan menarik, Islam memberikan aturan untuk menurup aurat mereka. Sehingga terjagalah diri dan keluarganya. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [TQS Al-Ahzab :59]
2. Ketika perempuan harus meninggalkan anak-anak yang disayanginya untuk bekerja, Islam menjadikan bekerja hanya sebagai pilihan bagi perempuan. Sehingga anak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang penuh.
3. Ketika aturan arab jahiliyah, yahudi, romawi menganggap wanita sebagai warisan bagi lelaki di keluarganya, dan tidak memberikan hak waris. Islam melarang perempuan dijadikan sebagai warisan, dan memberikan hak waris pada perempuan.
4. Ketika seorang suami bekerja, maka pendapatannya adalah hak bagi anak dan istrinya. Namun pendapatan perempuan adalah hak bagi dirinya saja.
5. Ketika lelaki harus berperang hingga syahid untuk memperoleh pahala jihad, perempuan memperoleh pahalanya dengan menjadi pendidik yang baik bagi anak-anak dan sahabat bagi suaminya.
BACA JUGA: Jika Seorang Muslimah Berjilbab …
6. Bahkan prioritas anak untuk berbakti dan membahagiakan orang tuanya, Islam megutamakan perempuan terlebih dahulu. Ibu, ibu, ibu dan ayah.
Masih banyak lagi kemuliaan yang diberikan Islam kepada perempuan. Semua itu kembali lagi kepada pilihan perempuan, taat ataukah ingkar. Bekerja boleh, selama menjamin terpenuhinya kewajiban dan ketaatan kepada Allah dan RassulNya.
Ingatlah, Allah sebaik-baiknya pemberi balasan bagi orang yang berbuat baik/taat. Sebagaimana firman Allah SWT:
“ Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik,” [TQS Az-Zumar : 34]. []