Tanya: Afwan Ustadz, Kakak saya sering mengeluhkan masalah rezeki keluarganya. Suatu waktu dia dan istrinya mengatakan bahwa karena ada ibu, rezeki jadi jarang dan semakin surut diperoleh. Apakah itu termasuk kufur nikmat?
Mohon penjelasan dalil dan detailnya tentang kufur nikmat, serta saran bagaimana cara menyampaikan agar mereka tidak merasa tersinggung. Saya segan, karena ia saudara yang lebih tua.
جَزَاكَ الله خَيْرًا
(Dari: Fulanah)
BACA JUGA: Rezeki yang Tak Dianggap
Jawaban : Wa’alaikumussalam warohmatullahi wabarokaatuh
Bismillahirrahmanirrahim
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Ini adalah anggapan yang teramat sangat keliru, dengan kekeliruan yang sangat fatal. Keberadaan orang tua kita yang kita nafkahi tidak sama sekali mengurangi jatah rizki kita. Bahkan berbakti kepada orang tua menjadi sebab utama seseorang mencapai kesuksesan dunia akhirat.
Menjadi sebab utama rezeki seseorang akan dilipat gandakan oleh Allāh ta’ālā. Karena keridhaan Allāh sangat tergantung pada keridhaan orang tua.
Adapun penyebab seretnya rezeki kepada Allāh. Disebutkan di dalam kitab suci Al-Qur’an :
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.
Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh : 10-12)
Kunci sukses meraih rezeki adalah dengan memperbanyak istighfar, meminta ampun kepada Allāh atas dosa-dosa yang dilakukan, termasuk perbuatan durhaka kepada orang tua..adalah salah satu dosa besar di dalam Islam.
Memperbanyak sedekah termasuk sebab dibukakannya pintu rezeki. Kemudian seutama-utama sedekah adalah apa yang kita berikan kepada orang tua kita. Allāh ta’ālā berfirman :
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allāh seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allāh melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allāh Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.”
(QS Al-Baqarah : 261).
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga bersabda :
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
“Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allāh menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan, serta tidaklah seseorang merendahkan diri di (hadapan) Allāh kecuali Dia akan meninggikan (derajat) nya”.
(HR Muslim : 2588).
Generasi salaf, para pendahulu umat ini adalah manusia yang paling mempercayai hal ini dan paling bersemangat mengamalkannya serta paling berbakti kepada orang tua-nya. Mereka memberikan apa saja yang diminta oleh orang tua dengan suka cita tanpa takut mengalami kebangkrutan sama sekali. Karena mereka yakin seyakin-yakinnya akan janji Allāh ta’ālā.
BACA JUGA: Taat pada Perintah Orangtua
Jangan pernah merasa rugi dengan setiap keping uang yang kita belanjakan untuk berbakti dan membahagiakan orang tua kita. Ia tidak akan hilang, tidak sia-sia, tidak berkurang bahkan akan semakin bertambah dan berkembang dan kelak kita dimasukkan Allāh ke dalam syurga, inilah kemenangan yang hakiki. Disebutkan dalam sebuah riwayat :
وعن محمد بن سيرين قال: بلغت النخ
لة على عهد عثمان بن عفان رضي الله عنه ألف درهم (أي ارتفع سعرها حتى ساوت ألفا درهم) قال: فعمد أسامة بن زيد رضي الله تعالى عنهما إلى نخلة فنقرها وأخرج جُمّارها فأطعمها أمه. فقالوا له: ما يحملك على هذا وأنت ترى النخلة قد بلغت ألفا درهم ؟؟؟ قال: إن أمي سألتنه ولا تسألني شيئاً أقدرُ عليه إلا أعطيتها.
“Dari Muhammad bin Sirin ia berkata ; Harga kurma mencapai seribu dirham di masa Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.
Usamah bin Zaid radhiyallahu anhuma lantas menuju ke sebuah pohon kurma melubanginya dan mengambil jantungnya dan memberikannya kepada ibunya untuk dimakan. Orang-orang bertanya :
“Apa yang membuat engkau melakukan hal ini, padahal engkau tahu harga kurma mencapai seribu dirham ?”
Usamah bin Zaid menjawab : “Karena ibuku menginginkannya, tidaklah ibu menginginkan sesuatu dan aku mampu memberikannya pasti akan aku berikan.”
(HR Al-Hakim dalam Mustadrak : 6531).
Wallahu A’lam
Wabillahit Taufiq
Dijawab oleh: Ustadz Abul Aswad Al Bayati حفظه الله
SUMBER: RUANG MUSLIMAH